Sunday, April 15, 2007

Fenomena FriendSter dan Testimonials

“Kamu ikut Friendster?” atau “Kirim aku testimonial donk.” Seperti itulah
kira-kira pertanyaan dan permintaan yang sering dilontarkan. Percaya atau
tidak, karena sangat ngetrendnya Friendster hingga yang biasanya jarang
menggunakan internet, bisa menjadi berinternet ria. Atau yang semula gaptek
internet menjadi ingin belajar internet karena sangat ingin bergabung dengan
situs ini, bahkan orang-orang yang belum ikut Friendster bisa dicap ‘tidak gaul'

Friendster bisa digunakan untuk memperluas jaringan dengan manusia di seluruh
dunia dan menjalin hubungan yang hampir memudar dengan teman-teman kita.
Sampai-sampai kita bisa bertemu kembali dengan teman-teman semasa di SD, SMP,
SMU, dan seterusnya. Friendster tidak hanya digunakan oleh individu, tetapi
bisa juga oleh lembaga.

Friendster.com tentu bukan situs haram karena substansinya ia hanyalah
fasilitas, dan halal haram sangat tergantung bagaimana kita menggunakannya.
Bila kita bergabung karena ingin menjalin silaturahim dengan teman-teman, tentu
tidak masalah, justru berpahala. Namun bisa menjadi masalah bila ternyata
digunakan untuk mencari cewek/cowok ganteng, bertemu kecengan semasa SMU,
menonjolkan kelebihan identitas diri, pamer ketampanan/kecantikan di picture,
dan lain-lain, nah ini nih yang harus diluruskan; niat dan caranya.

Banyak kalangan telah masuk ke situs ini, termasuk kalangan aktivis da'wah yang
tak mau ketinggalan untuk memanfaatkannya sebagai ajang silaturahim dengan
sesama aktivis maupun teman-teman da'wah fardiyah agar kian erat di dunia maya
dan di dunia nyata. Perkembangan teknologi memang sudah seharusnya digunakan
untuk memperluas basis da'wah.

Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan ketika bergabung dengan
Friendster.com, yaitu pada testimonial atau kesaksian. Di sini biasanya
seseorang memberi kesaksian tentang temannya. Dan berdasarkan pengamatan
penulis, jarang sekali didapati isi testimonial itu berupa hal-hal yang buruk,
umumnya adalah pujian-pujian yang bisa melenakan si penerima. Terlepas pujian
itu jujur atau bohong, yang jelas PUJIAN sudah dilontarkan dan si penerima
meng-approvenya.

Ketika seseorang menerima testimonial, tentu sebelumnya ia sudah mengetahui
isinya. Lantas, layakkah pujian itu ditampilkan di depan khalayak? Apatah lagi
bila sampai mengoleksinya! Mengoleksi pujian… Astaghfirullah, ya Rabbi…,
sungguh bisa membuat hati kotor. Rasulullah saw bersabda, ”Taburkanlah pasir ke
wajah orang yang suka memuji-muji.” Mintalah fatwa pada hatimu, tentu engkau
rasakan kegelisahan karena mengoleksi pujian. Cukuplah amal-amal itu tersiar di
kalangan penduduk langit saja.

Itulah yang harus dilakukan dari sisi si penerima pujian. Sedangkan dari sisi
si pemberi pujian, ‘Seorang memuji-muji kawannya di hadapan Rasulullah saw,
lalu beliau berkata kepadanya, ”Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah
memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya (diucapkan
berulang-ulang).” (HR.Ahmad)

Mengapa dikatakan ‘memenggal leher'? Karena hakekatnya, pujian itu bisa
melenakan si penerima. Bila tak kuat iman, pujian bisa membuatnya ujub (bangga
diri), riya (ingin dipuji), sum'ah (ingin kebaikannya tersiar), sehingga
hapuslah pahala-pahalanya dan membuatnya masuk neraka. Bayangkan, saudara kita
yang semula telah sejengkal lagi memasuki surga menjadi terhempas ke neraka
akibat ujub, riya, dan sum'ahnya muncul ke permukaan. Dan itu disebabkan pujian
kita. Karena itu kasihanilah saudaramu, alangkah baiknya bila kita mengisi
testimonial itu dengan tausiah (nasehat) kepadanya. Ini akan lebih menjaga
saudara kita. Cukuplah pujian dan wujud kekaguman itu disimpan dalam hati kita
masing-masing hingga akhir perjumpaan kita dengan-Nya, hingga kemenangan hakiki
menuju surga tercapai.

Akhirnya, fenomena Friendster harus disikapi secara bijaksana dan diarahkan
untuk mempererat silaturahim dengan saudara-saudara kita di seluruh penjuru
dunia. Testimonials adalah bagian dari Friendster, namun bila ternyata
testimonial dapat menjerumuskan saudara kita, adalah lebih baik dihindari. Jika
engkau mencintai saudaramu-saudaramu karena Allah dan inginkan keselamatan
akhirat mereka, please forward this article to them. Jazakumullah.

(sma1bks)

No comments: