Saturday, April 14, 2007

Bukan Barang Murahan, Esia Buktikan Bisa Ngoceh 100 Jam Non Stop

Karena banyaknya masyarakat pengguna Esia yang dikecewakan, disebabkan jaringan Esia yang sering drop. Bakrie Telecom akhirnya membuat sebuah program yang agak unik. Baca kutipan beritanya sebagai berikut :

Minggu, 1 April 2007

Depok - Bertempat di Depok Town Square, Esia menggelar kompetisi ngoceh 100 jam. Program ngoceh 100 jam non stop merupakan tantangan dari Esia, untuk menelepon menggunakan Esia selama 100 jam tanpa henti. Kota Depok merupakan lokasi terakhir program ini dari rangkaian acara ngoceh 100 jam non stop di 4 kota yakni Cirebon, Bandung, Tasikmalaya dan Depok.

Pihak panitia menyediakan hadiah Rp. 100 juta buat tim yang bisa bertahan berbicara 100 jam non stop. Operator yang terkenal dengan talktime -untuk mengganti sebutan pulsa ini- juga menyediakan hadiah kepada beberapa orang peserta yang mencoba bertahan untuk bisa bicara 100 jam.

Ada 5 titik aman dalam pertandingan ini. Ttitik aman pertama adalah pencapaian 10 jam dengan hadiah berupa handphone. Titik aman kedua adalah 25 jam, dengan hadiah sebesar 10 juta rupiah. Titik aman ketiga buat peserta yang bertahan hingga 50 jam, dengan hadiah sebesar 25 juta rupiah. Sementara titik aman ke-4 pada 75 jam, dengan hadiah 35 juta.

Untuk menjadi peserta kompetisi ini, ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Dari 700 lebih peserta disaring hingga tersisa 5 peserta saja. Tahap seleksi di antaranya adalah check up kesehatan. Panitia penyelenggara menyiapkan tim dokter yang menggelar proses check up ini tiap 2 jam.

Dikatakan oleh Erik Meijer, Wakil Direktur Utama Bakrie Telecom hingga saat belum ada tim yang mencapai target bicara 100 jam. Menurutnya hal ini bukan disebabkan karena kendala fisik. Erik berharap rekor ini bisa terpecahkan di Depok. Sebelumnya di Cirebon peserta hanya bertahan 57 jam 6 menit. Sementara di Bandung hanya bertahan 64 jam 43 menit. Sedangkan pada acara Ngoceh 100 Jam Non Stop di Tasikmalaya, peserta mampu bertahan hingga 65 jam.

Tujuan diselenggarakannya kompetisi ini adalah untuk menguji jaringan Esia. Lewat program ini, masyarakat bisa membuktikan bahwa jaringan Esia bisa digunakan untuk berbicara 100 jam non stop tanpa drop call. "Sehingga, masyarakat makin percaya bahwa Esia bukan barang murah yang murahan", kata Erik kepada Dian dari Selular Online di sela-sela acara tersebut kemarin .

Program Ngoceh 100 Jam Non Stop ini merupakan bagian dari program promosi Esia kepada masyarakat. Selain, program tersebut Esia juga memberikan program-program lain seperti Esia paket Untung. Dengan membeli paket ini, masyarakat akan mendapatkan beberapa fasilitas. Antara lain, gratis nada sambung selama 1 bulan dan bonus talktime. (http://web.selular.co.id/)

Membela Kehormatan Masjid Al-Aqsha


Pelecehan Zionis Israel terhadap Al-Aqsha tak pernah berhenti. Dalam 20 bulan, 66 kali kiblat pertama umat Islam ini dihina. Perlu ada pemahaman dan kesadaran umat Islam untuk membela tempat suci ini.
Di tengah ancaman yang terus menerus untuk merobohkan al-Aqsha dari kalangan Yahudi fundamentalis, pelecehan terus berlangsung. Laporan Lembaga International al-Quds menyebutkan, pelecehan fisik terhadap Masjidil Aqsha terjadi 66 kali selama 20 bulan terakhir. Lebih dari separuhnya atau 51,5 persen merupakan tanggung jawab pemerintah Israel. Ini, ditambah lagi dengan ungkapan permusuhan resmi dan politis terhadap masjid itu sebanyak 15 kali yang terus diulang-ulang.
Lembaga ini juga menyerukan agar semua rakyat, faksi dan pemerintahan Palestina, Arab dan Yordania untuk membela al-Aqsha dari pelecehan Yahudi. Ini disampaikan pada 21 Agustus lalu, bertepatan dengan peringatan ke-37 tahun pembakaran Masjid al-Aqsha.
Dalam kesempatan itu, Menteri Wakaf dan Urusan Agama Palestina Musa Razaqah mengajak kaum Muslimin untuk melaksanakan kewajiban dalam melindungi al-Aqsha dan Baitul Maqdis.
Sejak menjajah al-Quds pada 1967, Israel telah menghancurkan seluruh bangunan berciri khas Islam di sekitar Masjid al-Aqsha. Tujuannya untuk mengubah dan menghilangkan identitas umat Islam di kawasan itu. Termasuk di dalamnya menghancurkan jalan menuju makam kaum Muslimin yang terletak di dekat al-Haram al-Quds. Makam al-Rahmah dan Yusuf juga dicaplok lalu diubah menjadi pangkalan militer Israel.
Kejahatan yang tak kalah berbahaya adalah Yahudisasi al-Quds dengan segala cara. Mulai dari menggusur tanah dan harta bangsa Arab dan kaum Muslimin, lalu menyerahkannya pada warga Yahudi. Cita mereka adalah menjadikan al-Quds sebagai ibu kota Israel.
Peringatan pembakaran Masjid al-Aqsha kali ini berlangsung di tengah rencana Israel “meyahudikan” warga al-Quds dan melarang penggunaan simbol-simbol keagamaan di wilayah tersebut. Wakil ketua gerakan Islam di wilayah jajahan, Syekh Kamal al-Khatib mengajak seluruh bangsa Arab bergerak menekan pemerintahnya masing-masing agar bersikap tegas dalam masalah ini. Khatib juga mengingatkan media Arab tentang tanggung jawab mereka dengan menyibak semua tindak kejahatan Israel terhadap Masjid al-Aqsha.
Kesadaran tentang perlunya pemahaman kewajiban membela Palestina harus terus disegarkan. Sebab, bagaimana mungkin mau membela, jika tak paham.
M. Nurkholis Ridwan
Islamonline, infopalestina.com

Zionis Melecehkan Al-Aqsha Berkurun Silam
1. Membakar mimbar masjid hadiah Sultan Nuruddin Zanki kepada Sultan Shalahuddin al-Ayubi setelah pembebasan Palestina dari cengkeraman tentara Salib.
2. Dewan Knesset (Parlemen Israel) menyatakan, Masjid al-Aqsha milik umum negara Zionis.
3. Merampas tembok al-Gharbi dari Masjid al-Aqsha atau tembok al-Burraq dan menyebutnya sebagai Tembok Ratapan. Mereka juga menghancurkan kampung al-Mugarabah untuk memperluas dinding al-Burraq.
4. Zionis menggali terowongan di bawah Masjid al-Aqsha dan pelatarannya sejak 1967 sampai hari ini, sehingga mengakibatkan pondasi dan tiang Masjid itu roboh.
5. Menggali terowongan di bawah masjid dan menjadikannya sebagian sebagai sinagog dan tempat wisata
6. Membantai jamaah masjid di pelataran masjid, sehingga 22 syuhada gugur dan luka-luka, pada 1999.
7. Serdadu zionis menghalang-halangi kaum Muslimin yang berusia di bawah 40 tahun dari wilayah Gaza dan Tepi Barat untuk beribadah di masjid itu.
8. Percobaan peledakan masjid atau menembakkan rudal dari udara oleh fundamentalis Yahudi. Alhamdulillah, semua itu gagal.
9. Tekad tiada henti kaum Yahudi Fundamentalis untuk mendirikan Haikal di atas Masjid al-Aqsha setelah merobohkannya..


Sumber: Harian Akhbar al-Kholij yang terbit di Bahrain

Friday, April 13, 2007

Agama dan Ilmu Pengetahuan untuk Mentauhidkan Allah

Pernah terucap sebuah pertanyaan :”Bagaimana cara kita memadukan pemahaman agama dan ilmu pengetahuan?Bisakah disinkronkan?”

Pertanyaan ini memiliki kekeliruan yang sangat mendasar. Karena sesungguhnya di dalam Al Qur’an Allah tidak pernah membeda – bedakan, apalagi memisah – misahkan antara syariat dan ilmu pengetahuan. Kedua – duanya menyatu di dalam informasi Al Qur’an dalam konteks mentauhidkan Allah, yaitu memahami eksistensi-Nya. Mengenal-Nya. Berinteraksi dengan Dzat Yang Maha Agung itu, dan akhirnya ’bersatu’ dalam kebesaran-Nya.

Hampir di setiap halaman Al Qur’an yang kita buka, selalu ada informasi – informasi ilmu pengetahuan. Dan yang menarik, informasi ilmu pengetahuan itu bukan sekedar digunakan untuk mengembangkan ilmu itu sendiri, melainkan bertujuan utama untuk mentauhidkan Allah. Artinya, semakin tinggi ilmu yang kita peroleh dari fakta empirik di sekitar kita, maka efeknya harus membawa kita semakin terkagum – kagum oleh kehebatan Allah Yang Maha Esa. Bukan sebaliknya, menjadi sombong dan mengingkari Allah.

Memisahkan dan membeda – bedakan fakta yang ada di sekitar kita, sebenarnya tidak lebih hanyalah pekerjaan manusia, dikarenakan keterbatasannya saja. Bagi Allah fakta ini adalah tunggal. Tidak ada bedanya agama dan ilmu pengentahuan, karena kedua – duanya adalah ayat – ayat Allah juga. Ilmu pengetahuan tersebar di alam semesta, dan syariat tercakup di dalam Al Qur’an. Apa pun yang kita lakukan, dan dari sisi mana pun kita melakukan pendekatan kepada Allah, pasti kita akan bertemu dengan Allah. Dan bila kita gabungkan kedua pendekatan itu, maka Insya Allah kita akan memperoleh cara yang lebih baik ketimbang hanya lewat satu sisi saja.

Misalnya yang terdapat di dalam QS. Mukminuun : 12 – 14, yang artinya :
”Dan sungguh telah Kami ciptakan manusia dari saripati tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu tersimpan di dalam tempat yang kokoh. Kemudian Kami ciptakan dari saripati itu segumpal darah. Maka Kami ciptakan dari segumpal darah itu segumpal daging. Maka Kami ciptakan dari daging itu tulang – belulang. Dan Kami bungkus tulang – belulang itu dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah. Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian sesudah itu, kamu sekalian akan mati. Kemudian kamu sekalian akan dibangkitkan di Hari Kiamat.”

Firman Allah di atas sangat jelas arahnya. Bahwa kita dipancing untuk memahami penciptaan manusia. Namun informasi dari Al Qur’an tersebut terlalu global untuk memberikan pemahaman yang ‘mengesankan’. Karena, agar lebih memahaminya, kita harus membuka – buka informasi dari ilmu pengetahuan kedokteran yang bersifat empirik dan telah bisa dibuktikan secara ilmiah.

Memang proses pertumbuhan janin di dalam rahim itu kini sudah diketahui secara meluas, sebagai dampak perkembangan ilmu kedokteran. Akan tetapi, pada awalnya firman Allah tersebut bisa memancing orang yang membacanya untuk mengembangkan penelitian tentang proses penciptaan manusia itu. Dan yang demikian itu telah terjadi pada zaman keemasan Islam di abad – abad ke-8 sampai 12, sehingga berkembanglah berbagai bidang ilmu pengentahuan seperti yang kita kenali sekarang : ilmu Kedokteran, ilmu Kimia, Matematika, Astronomi, dan lain - lain.

Apakah tujuan dari pancingan Allah agar kita mengembangkan ilmu pengetahuan itu? Ternyata bukan untuk kehebatan ilmu itu sendiri. Melainkan lebih jauh dan mendalam lagi, yaitu digunakan untuk meyakinkan kita, bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Berilmu, sumber dari segala ilmu pengetahuan. Kalau kita menghayati kenyataan empirik tersebut, hati kita benar – benar akan bergetar mengamati proses penciptaan yang berlangsung secara sangat menakjubkan.

Tugas kita sekarang setelah memahami hal tersebut adalah untuk memberitahu kepada saudara – saudara kita yang belum mengetahuinya, mengajak mereka untuk mengingat semua kebesaran Allah. QS. Al Ghasiyaah: 17 – 26, yang artinya :

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan? Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah mereka peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberikan peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. Tetapi orang yang berpaling dan kafir, maka Allah akan mengazabnya, dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada Kami (Allah) – lah mereka kembali. Kemudian sesungguhnya kewajiban Kami – laj menghisab (mengadili) mereka.”

Sudah tergambar betapa luar biasa ilmu Allah yang tersebar di alam semesta sebagai ayat kauniah, mau pun Ilmu Allah yang termaktub di dalam Al Qur,an. Kita tidak akan pernah mampu memahami seluruh ilmu-Nya, karena manusia ini sangatlah terbatas kemampuannya.

Kini menjadi jelas betapa seluruh pendekatan yang bisa kita lakukan, baik lewat syariat mau pun Sains, untuk memahami eksistensi Allah itu sebenarnya akan bermuara pada hasil yang sama, yaitu kekaguman kita kepada Kebesaran dan Keagungan Allah Sang Maha Pencipta. Di sinilah terbukti, bahwa apa pun yang kita lakukan ternyata telah membawa kita kembali kepada Tauhidullah, yaitu proses meng-Esakan Allah SWT.

Maha Suci Allah...

-Dikutip dari buku "Pusaran Energi Ka'bah" (sebuah buku yang luar biasa)-

Benarkah akhirat itu tidak kekal?

Setelah kemarin malam susah tidur, karena pikiran menewarang jauh entah kemana, memikirkan bermacam - macam hal. Terus pagi ini sebelum pegi beli sarapan, mampi ke warnet dulu untuk ngecek email dan surfing. Buka google, terus tiba - tiba ngetik query-nya "akhirat tidak kekal".

Aku pernah baca buku karangan Agus Mustofa, judulnya "ternyata akhirat tidak kekal". Di dalamnya menyimpulkan bahwa akhirat itu ternyata tidak kekal. Karena akhirat itu adalah ciptaan Allah, jadi berarti termasuk makhluk. Dan makhluk Allah itu tidak kekal, yang kekal hanyalah Allah SWT. Nah dari hasil pencarian di google, banyak juga yang membahas masalah ini. Ada yang tidak sependapat. Karena di dalam Al Qur'an banyak ayat yang menjelaskan bahwa surga dan neraka itu kekal adanya.

Setelah membaca hal2 tersebut, aku berpendapat sebenarnya tidak ada yang salah. Akhirat itu bisa saja memang kekal, tetapi kekal sebatas ketika Allah masih menghendakinya ada (jadi berarti bisa saja tidak kekal bukan?). yah mungkin bisa dibilang kalau kekekalan akhirat itu tidak absolut...karena yang BENAR - BENAR KEKAL itu hanyalah Allah Sang Maha Pencipta.

Hal seperti ini bagus sekali didiskusikan, tetapi tidak dipertentangkan sehingga akan menimbulkan perpecahan. Yang penting kita tetap menjalankan perintahNya seperti yang ada di Al Qu'an dan Hadist. Karena yang jelas kita tentu mengharapkan surga nantinya bukan...Kehidupan di surga lebih dari apa pun di bumi ini.. Dan wajar saja kalau terdapat berbagai pemahaman/penafsiran tentang agama, karena otak kita tidak mempunyai kemampuan untuk menjangkau seluruh informasi yang ada, karena Yang Maha Mengetahui hanyalah Allah SWT.

Maha Suci Allah....

Personal Franchise

Siapa Bilang Memulai Suatu Usaha Itu Mahal?

Berdasarkan ilmu yang saya dapat dari Om Robert T Kiyosaki, di dunia ini ada 2 tipe/cara orang mendapatkan uang. Yang pertama yaitu golongan yang bekerja "mati2an" demi uang. Setelah ia bekerja keras barulah ia mendapatkan uang untuk jerih payahnya tersebut. Contoh dari golongan ini yaitu para pegawai kantoran (baik karyawan biasa mau pun manajer dan direktur), buruh pabrik, pekerja kasar, dll.

Tipe kedua yaitu orang2 yang membiarkan uang bekerja untuk dirinya. Jadi tanpa harus bersusah payah bekerja setiap hari, uang dengan riang gembira akan mendatanginya. Tipe kedua ini mempunyai waktu luang yang tidak terbatas, dia dapat memanfaatkan semua waktu yang ia punyai dengan bebas, tanpa terbatasi oleh jam kantoran yang rutin.

Sebagian besar penduduk bumi ini termasuk ke dalam golongan yang pertama. Hanya sebagian kecil saja yang menyadari bahwa tidak seharusnya dia diperbudak oleh uang, tetapi uanglah yang bekerja demi dia.

Bagaimanakah cara yang digunakan oleh golongan kedua tersebut?Yaitu dengan cara membangun aset.

Bersambung ya....

Antara Amrozi dan Tibo

Kalangan Salibis menolak hukuman mati atas Tibo cs. Tapi, mereka tidak pernah menolak hukuman mati bagi Amrozi dkk. Mengapa?

Tidak terlalu sulit untuk menilai sikap kelompok Kristiani terhadap penegakan hukum di Indonesia. Sikap tersebut tergambar secara jelas dari berbagai kasus politik dan hukum yang terjadi selama ini.

Dalam kasus tiga terpidana mati kasus pembantaian kaum Muslimin pada tahun 2000 di Poso, misalnya. Bak koor dalam paduan suara, suara kaum Nasrani atas kasus Tibo cs, kompak.

Bukti kekompakan kaum Salibis, utamanya orang-orang Katolik, terlihat dalam aksi-aksi mereka menolak hukuman mati atas Tibo cs. Dari mulai pendeta, jemaat, hingga para politisi Kristen-Katolik, turun ke jalan menolak keras hukuman mati tersebut. Dengan berbagai dalih, mereka juga menyebut bahwa hukuman mati sudah tak layak lagi dijalankan karena melanggar hak asasi manusia.

Penolakan keras itu dapat dilihat dari pandangan kritis sejumlah politisi Kristen-Katolik. “Kasus Tibo ini sudah complicated. Puluhan ribu manusia mati di berbagai kerusuhan di tanah air, tapi para otaknya berkeliaran di Jakarta dan kota-kota lainnya. Kenapa yang dihukum mati hanya Tibo cs? Dari segi keadilan ini tidak pas,” kata Sekretaris Umum Persatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Pendeta Richard M. Daulay, saat dihubungi SABILI.

Pandangan senada dikemukakan Ketua Umum Partai Damai Sejahtera (PDS) Pendeta Ruyandi Hutasoit. Ruyandi bahkan menyebut pengadilan yang mengadili Tibo cs, sesat. Pengadilan Tibo cs, menurutnya, tidak sesuai prosedur karena saksi yang dihadirkan memberatkan Tibo cs.

“Bagaimana mungkin orang desa yang jempolnya sendiri ada di Salib melakukan pembunuhan dan memimpin serangan 100-an pasukan. Karenanya, kami meminta kepada pihak terkait melakukan penyelidikan ulang kasus Tibo cs,” kata Ruyandi, memberi argumentasi.

Seolah melengkapi sikap para pemuka Nasrani tersebut, Kongres ke-13 Pemuda Katolik yang diselenggarakan di Ambon Rabu (30/8) lalu, menolak eksekusi mati Tibo cs dengan menyerukan penghapusan hukuman mati di Indonesia.

Tapi anehnya, saat ditanya tentang kasus hukuman mati atas pelaku terorisme, seperti Imam Samudera, Amrozi dan lainnya, sikap mereka tampak gamang. Bahkan, kelihatan sekali, mereka memberikan jawaban sekenanya, kalau tidak mau disebut double standard.

Ketika SABILI menanyakan kasus terhukum mati kasus terorisme Amrozi kepada Pendeta Richard M. Daulay, misalnya, Sekretaris Umum PGI itu cenderung mengalihkan masalah sambil menyebut tidak ada hubungannya antara hukuman mati pada kasus terorisme dengan hukuman mati atas Tibo cs.

“Kita hanya menangkap suasana kebatinan bangsa ini yang ditimbulkan oleh kasus-kasus pertikaian. Tibo, misalnya, ada banyak pemberitaan-pemberitaan di koran, televisi bahwa kasus Poso bernuansa agama. Ini sangat berbeda dengan kasus Amrozi cs,” katanya.

Anehnya, kepada khalayak, mereka seakan berada di posisi depan sebagai pembela hak asasi manusia tertindas. Setali tiag uang, media pun tidak sedikit yang mengekspos mereka dan menyebutnya sebagai para pendekar hak asasi manusia. Benarkah seperti itu? Jika demikian, yang disoal hukuman matinya atau kasusnya? Jika menolak hukuman mati, mengapa dibedakan dengan Amrozi dkk? Padahal, meski kasusnya berbeda, namun hukuman yang dijatuhkan kepada Tibo cs dan Amrozi cs adalah serupa: sama-sama dihukum mati.

Bagaimana bisa disebut sebagai pahlawan hak asasi manusia, sementara mereka hanya menolak hukuman mati bagi Tibo cs yang notabene seiman dengan mereka. Sementara Amrozi dkk, mesti mendapat hukuman serupa dengan Tibo cs, tapi karena tidak seiman, harus mendapat perlakuan tidak adil.

Praktisi hukum Munarman menilai, masalah utama kasus Tibo bukan pada soal aktor intelektual atau bukan intelektual. Tapi, yang menjadi kunci persoalannya adalah Tibo cs melakukan pembantaian atau tidak. Dan ternyata, berdasarkan persidangan Tibo cs terbukti melakukan pembunuhan.

“Jadi, persoalannya bukan soal Tibo tokoh intelektual atau bukan, tapi Tibo terbukti di persidangan telah melalukan tindakan kejahatan. Apalagi, tindakan Tibo termasuk aksi pembunuhan yang terencana yang memakan korban ratusan orang. Walaupun Tibo bukan tokoh intelektualnya, tapi ia terbukti menjadi komandan lapangannya. Dan itu sudah menjadi fakta hukum,” tegasnya.

Tanpa bermaksud apapun, karenanya, Munarman mencurigai adanya upaya dari kalangan Nasrani untuk mengalihkan isu kasus Tibo. Targetnya, untuk mengaburkan masyarakat terhadap proses hukum Tibo, sehingga ada alasan kuat untuk membebaskan komandan pasukan kelelawar hitam itu dari hukuman mati.

Munarman khawatir ada pihak-pihak tertentu dengan opini yang sesat berusaha menjerumuskan bangsa ini ke jurang kesesatan yang dalam. Jika itu terjadi, bangsa Indonesia yang mayoritas Islam ini akan dikenal sebagai bangsa yang tidak beradab karena tidak menghargai hukum.

Oleh sebab itu, Munarman meminta semua pihak, termasuk para praktisi hukum dan politisi agar tidak terjebak pada opini sesat tersebut. Ia juga meminta semua kalangan untuk melihat kasus Tibo ini secara cerdas dan hati-hati dengan selalu menempatkannya pada koridor hukum agar tidak melenceng ke persoalan politik dan konspirasi.

Dalam catatan sejarah, “pembangkangan” kaum Nasrani terhadap penegakan hukum di Indonesia bukan hanya terjadi pada kasus Tibo cs saja. Proses penghapusan tujuh kata dalam sila pertama Pancasila, misalnya. Tanpa peduli dengan hasil kesepakatan the founding father bangsa, kelompok Kristen berusaha menghapus tujuh kata: Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

Usaha mereka ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Melalui trik dan konspirasi, mereka mengancam keluar dari NKRI jika tujuh kata yang tercantum pada sila pertama Pancasila itu tidak dihapus.

Kasus serupa terjadi saat Musyawarah antar Golongan Agama pada 30 November 1967. Musyawarah dengan tujuan mencari jalan ke luar ketegangan antar agama di Indonesia tersebut nyaris mengalami jalan buntu dan gagal total. Itu lantaran kalangan Salibis menolak satu klausul yang paling menentukan bagi terwujudnya kerukunan umat beragama. Klausul tersebut berbunyi,”…tidak menjadikan umat yang telah beragama sebagai sasaran penyebaran agama masing-masing.”

Kasus penolakan mereka atas RUU Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas), tidak kalah konyolnya. Selain berbau Islam, mereka juga menyebut RUU tersebut melanggar HAM dan memecah belah bangsa. Penolakan atas RUU ini hanya karena RUU tersebut mencantumkan pasal “kewajiban sekolah memberikan pelajaran agama sesuai agama murid”.

Jelas, kaum Nasrani begitu amat kompak ketika ada kepentingannya yang terganggu. Tidak peduli, jika tindakan mereka menyalahi aturan. Lantas, bagaimana dengan umat Islam? Jika kaum Nasrani yang tersekat oleh ratusan sekte tersebut bisa kompak, kaum Muslimin yang notabene memiliki ikatan akidah dan ukhuwah, semestinya bisa lebih kompak lagi.

Allah SWT menerangkan pentingnya ukhuwah antar sesama Muslim, misalnya dalam surah al-Hujurat ayat 10, “Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”


http://www.sabili.co.id/telut-e05thXIV06.htm