Wednesday, May 09, 2007

SALAFIYYUN DALAM SOROTAN : BENARKAH GERAKAN SALAFY PALING AHLUS SUNNAH ?

Oleh : Fauzan al-Anshori

Sejak beberapa puluh tahun yang lalu, di tengah kaum muslimin muncul sebuah gerakan yang menamakan dirinya salafiyah atau salafiyyun. Mereka menyatakan dirinya sebagai umat Islam yang paling ahlu sunnah wal jama’ah, paling firqah najiyah, paling salafus sholih dan paling thaifah manshurah. Siapa bergabung dengan mereka, mereka anggap kelompok ahlu sunnah wal jama’ah. Siapa tidak bergabung dengan mereka, mereka sebut sebagai ahlu bid’ah, ahlul ahwa’, Hizbiyyah Khawarij, firqah dhalalah dan sebutan mengerikan lainnya. Sebenarnya apa gerakan salafiyyun itu?

Bagaimana aqidah dan manhaj mereka menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah ‘ala fahmi Salafush Sholih? Betulkah yang bergabung dengan mereka termasuk ahlu sunnah, dan yang tidak bergabung termasuk hizbiyyah dan ahlu bid’ah? Benarkah segala klaim dan tudingan mereka ?

Ada sebuah pertanyaan yang mengganjal dalam benak kita, manakala melihat kiprah gerakan salafiyyun di medan dakwah. Vonis-vonis keras kepada seorang atau kelompok Islam yang berada di luar arus mereka, dan pengkultusan kepada syuyukh (guru-guru) di kalangan mereka sehingga mereka tidak menerima bila syuyukh mereka dikritisi. Benarkah ini cerminan interaksi sosial ‘ala ahlus sunnah terhadap ahlul bid’ah? Ataukah ada sesuatu yang salah?

1. TA’ASHUB DAN TAQLID BUTA

Bila diperhatikan, sebenarnya sikap ini bukanlah sebuah kebetulan belaka. Sikap ini lahir dari sikap hizbiyyah mereka, yang mereka terima dari para syuyukh mereka sendiri. Betapa tidak, sejak awal belajar seorang muslim yang bergabung dengan kelompok ini sudah didoktrin untuk menerima suatu dogma: bahwa kebenaran itu mempunyai tanda-tanda pengenal dan menara penerang, yang berwujud ajaran yang diterima dari kelompok mereka!

Itulah yang diajarkan para syuyukh mereka. Adalah syaikh Ali Hasan Al Halabi Al Atsari – seorang syaikh panutan mereka yang mengakui dirinya syaikhu salafiyyin ketiga setelah syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani dan syaikh Muhammad Ibrahim Syaqrah – yang menyatakan ijma’ tentang kedudukan tiga syuyukh salafiyyun ini dengan mengatakan:

“Para ulama kami yang agung itu, mereka itulah bintang-bintang pemberi petunjuk dan meteor yang tinggi, barangsiapa berpegang teguh dengan mentaati mereka, mereka itulah yang selamat dan barangsiapa memusuhi mereka, maka dialah orang yang tersesat” (At Tahdziru Min Fitnati Takfir, hal. 39)

Jika ini yang dikatakan oleh syaikh panutan mereka, lantas bagaimana dengan para pengikut mereka? Pernyataan ini perlu mendapat catatan yaitu: Pertama: Ijma’ menurut para ulama adalah kesepakatan seluruh ulama mujtahidin setelah wafatnya Rosululloh saw. –bukan para syuyukh salafiyyun– dalam suatu masa tertentu, atas suatu persoalan tertentu. Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah tidak adanya pendapat yang menyelisihi meski dari seorang ulama pun. Bila ada seorang ulama yang menyelisihi, maka namanya bukan ijma’.

Kedua: Pernyataan bahwa siapa yang bergabung dengan syaikh fulan dan membelanya baik benar maupun salah berarti kelompok yang benar, dan siapa mengkritik (memusuhi?) dan tidak bergabung dengan syaikh fulan berarti kelompok yang salah dan sesat, hal itu merupakan sebuah hizbiyyah, ta’ashub buta dan taklid buta yang terlarang dan sama sekali bukan sikap ahlu sunnah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan yang artinya: “Barangsiapa menjadikan seseorang selain Rosululloh, siapa mengikutinya dan sejalan dengannya, ia adalah seorang ahlu sunnah, dan siapa yang menyelisihinya berarti adalah ahlu bid’ah dan firqoh, sebagaimana terdapat pada kelompok ahlu kalam –dan juga salafiyyun hari ini– dan kelompok lainnya, maka ia termasuk ahlu bid’ah, dholal (sesat) dan tafaruq (pemecah belah persatuan umat Islam).” (Majmu’ul Fatawa 3/216)

Subhanallah, pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ini telah menyingkap dengan telak, siapa sebenarnya gerakan salafiyyun ini. Alhamdulillah, kita tak perlu bersusah payah, Syaikhul Islam sudah membongkarnya dengan sangat telak.

Imam Abdurrahman Ibnu Jauzi mengatakan: “Ketahuilah sesungguhnya mayoritas para ahlu bid’ah itu dalam hati mereka ada ta’dzim (mengagungkan, mengkultuskan) seseorang –syaikh, ustadz, kiyai, habib, dll– mereka mengikuti perkataannya tanpa mentadaburi apa yang dikatakan, ini adalah sebuah kesesatan, karena melihat itu seharusnya kepada apa yang dikatakan, bukan kepada siapa yang mengatakan. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali kepada Harits bin Hauth. Harits mengatakan kepada Ali, “Apakah anda mengira bahwa kami mengira Thalhah dan Zubair berada di atas kebatilan?” Maka Ali menjawab, “Wahai Harits, engkau ini terkena talbis (kerancuan). Sesungguhnya kebenaran tidak diketahui dari orang-orangnya. Ketahuilah kebenaran, maka engkau akan mengetahui pengikut kebenaran.” (Talbisu Iblis hal.101)

Sesungguhnya gerakan salafiyyun telah mendapat peringatan, kritikan dan nasehat dari para ulama, berkenaan dengan penyelisihan-penyelisihan mereka secara jelas terhadap aqidah ahlu sunnah wal jama’ah. Namun mereka tetap berjalan dengan penyelewengan mereka, bahkan semakin keras dan menyerang kelompok-kelompok umat Islam di luar mereka.

2. SEKULERISME

Maka inilah yang terjadi bagaimana sebuah kelompok yang menamakan dirinya salafiyyun, pengikut salafus sholih, namun menganut paham sekulerisme. Ini pernyataan syaikh nomer kedua mereka syaikh Muhammad Ibrahim Syaqrah yang artinya: “Saya meyakini bahwa slogan, “berikan hak kaisar kepada kaisar dan hak Tuhan kepada Tuhan” adalah sebuah kalimat bijaksana yang sesuai dengan zaman kita ini.” (Hiya As Salafiyatu Nisbatan wa Aqidatan wa Manhajan hal. 172).

Ya, tentu saja sangat sesuai dengan gerakan salafiyyun, namun jelas sangat bertentangan dan tidak sesuai dengan Islam. Semua Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah memahami bahwa Islam adalah Agama dan Negara. Islam tidak sekedar mengatur urusan ritual peribadatan semata, namun juga mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Dan semua Ulama juga telah bersepakat, bahwa sekulerisme merupakan sebuah paham kufur.

Tak heran bila gerakan salafiyyun ini gencar melarang berbicara urusan politik, tahkimu syari’ah, amar ma’ruf kepada penguasa, apalagi urusan Khilafah Islamiyyah. Menurut mereka orang-orang yang mengangkat tema-tema tahkimu syari’ah, amar makruf kepada penguasa atau Khilafah Islamiyyah adalah kelompok hizbiyyun, khawarij, Ahlu bid’ah, orang-orang yang haus kekuasaan, orang-orang yang tidak mempedulikan urusan dakwah tauhid. Padahal jelas, seluruh Ulama telah ijma’ bahwa amar makruf dan menegakkan khilafah merupakan sebuah kewajiban kifayah. Fardhu khifayah bila tidak tuntas menjadi fardhu ‘ain. Adapun tuduhan tidak mempedulikan dakwah tauhid dan haus kekuasaan, tentunya sebuah tuduhan yang harus dibuktikan dengan bukti-bukti nyata, jika tidak tentu sebuah tuduhan kosong.

Yang lebih mengherankan lagi, mereka menganggap pemerintahan sekuler sebagai pemerintahan Islam yang wajib ditaati oleh kaum Muslimin. Maka semua orang yang paham tauhid tentu akan tertawa, ketika melihat kekonyolan mereka menganggap pemerintahan Nushairiyyah Syiria, misalnya, sebagai pemerintahan Islam yang harus ditaati, dan mereka menghujat Mujahidin Syiria yang berjihad melawan pemerintah Nushairiyyah. Padahal semua orang yang paham tauhid tentu paham bahwa Ulama Islam telah ijma’ bahwa Nushairiyyah adalah sekte kafir. Ya, kelucuan-kelucuan lainnya yang
timbul dalam urusan ini tak bisa dipisahkan dari prinsip sekulerisme yang dianut oleh syuyukh mereka ini.

3. MENIHILKAN JIHAD

Ta’thil (menihilkan) jihad, itulah salah satu (sifat gerakan) salafiyyun yang mendakwahkan dirinya sebagai kelompok paling Ahlus Sunnah, atau bahkan satu-satunya Ahlus Sunnah dan di luar kelompok mereka (adalah) ahlul bid’ah dan hizbiyyah semua. Padahal jelas, salah satu sifat utama Thaifah Manshurah adalah jihad fie sabilillah, berperang di jalan Allah Ta’ala untuk meninggikan kalimatullah. Bahkan asbabul wurud hadits tentang Thaifah Manshurah pun berasal dari adanya sebagian shahabat Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa salam yang menyatakan jihad sudah selesai.

Jihad merupakan sifat tak terlepaskan dari generasi salafu sholih, dan jihad akan senantiasa berlanjut sampai Umat Islam bertempur melawan Dajjal. Para Ulama juga telah ijma’ bahwa manakala musuh menduduki salah satu negeri Islam, jihad menjadi fardhu ‘ain. Negeri Islam pertama yang lepas ke tangan tentara salib adalah Andalus (Spanyol), tahun 1942 M, atau 510 tahun yang lalu. Sampai hari ini Andalus tetap menjadi negara nashrani, maka jihad membebaskannya fardhu ‘ain atas seluruh Umat Islam yang mampu. Bahkan negeri (Islam) Palestina yang hanya (berjarak) beberapa ratus kilometer dari pusat lahirnya gerakan salafiyyun, telah jatuh ke tangan Inggris sejak 1917 M, lalu ditegakkan negara Israel tahun 1948 M. Sampai saat ini, jihad untuk membebaskan Palestina belum tuntas, maka jihad untuk membebaskan Palestina menjadi fardhu ‘ain.

Namun begitu, simaklah fatwa syaikh Muhammad Ibrahim Syaqrah, yang tinggal hanya beberapa ratus kilometer dari bumi Palestina: “Silahkan anda meneliti ayat-ayat yang datang untuk melengkapi dan menjelaskan ayat yang memerintahkan untuk mempersiapkan kekuatan (yang dimaksud adalah QS. Al Anfal ayat ke: 60, pent.) maka anda akan mengetahui bahwa jihad yang paling utama hari ini -saat kita dalam kelemahan seperti sekarang ini- adalah menahan diri dari berjihad.” (Muhammad Ibrahim Syaqrah, Hiya As Salafiyatu Nisbatan wa Aqidatan wa Manhajan hal. 204).

Ya, itulah fatwa syaikh kedua gerakan salafiyyun. Maka mereka pun diam seribu bahasa, tidak peduli nasib kaum Muslimin Palestina yang setiap hari meregang nyawa di tangan peluru-peluru tentara zionis Israel. Mereka pun diam ketika dua juta Umat Islam Iraq meregang nyawa akibat embargo ekonomi (1991) dan invasi (2002) oleh tentara salibis Internasional dan didukung oleh negara-negara Arab antek AS. Bahkan mungkin anda akan terkejut membaca fatwa syaikh pertama mereka, fadhilatu syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani yang memfatwakan Umat Islam Palestina untuk berhijrah. Ya, silahkan berhijrah dari Palestina, tidak usah berjihad, serahkan saja bumi Palestina kepada Israel. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Barangkali syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani sedang tidak memegang buku aqidah salaf ketika memfatwakan begitu, sehingga lupa bahwa Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma’ salafu shalih telah menyatakan bahwa jihad akan tetap berlangsung sampai hari kiamat, sampai Umat Islam memerangi Dajjal. Barangkali saja, beliau lupa ada hadits mutawwatir tentang Thaifah Manshurah yang akan senantiasa berjihad sampai akhirnya mereka memerangi Dajjal.

Paling tidak, beliau masih meyakini adanya ‘idad. Jika begitu, masih lumayan. Tetapi fatwa beliau selanjutnya membuat kita bengong dan kaget. Ketika membicarakan ayat 60 surat Al-Anfal yang memerintahkan ‘idad beliau menyatakan: “Barangsiapa memperhatikan nash ini tentu ia akan menyatakan wajibnya menahan diri dari jihad (tidak berjihad), sampai i’dad mencapai taraf sempurna. Kadang bentuk i’dad adalah tidak beri’dad, karena tujuan i’dad memang untuk menakutkan musuh…” (Muhammad Ibrahim Syaqrah, Hiya As-Salafiyatu Nisbatan wa Aqidatan wa Manhajan, hal. 203).

Bentuk jihad adalah tidak jihad, bentuk i’dad adalah tidak i’dad, tidak ada jihad sampai i’dad mencapai taraf sempurna. Wahai Umat Islam Palestina, jangan berjihad melawan Israel sebelum kekuatan militer kalian menyamai militer Israel yang dibantu seluruh negara besar kafir semisal AS dan Inggris. Jangan berjihad melawan Israel sampai kalian memiliki tank, pesawat tempur, rudal-rudal dan bom nuklir sebanyak yang dimiliki Israel. Selama kekuaatan militer kalian tidak sama dengan kekuatan Israel, haram kalian untuk berjihad. Kewajiban kalian adalah i’dad, dan bentuk i’dad adalah tidak i’dad. Jadi?

Padahal menurut para ulama, i’dad dalam hal ini adalah i’dad menurut kemampuan (tafsir Ibnu Katsir 2/503). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga menyatakan bahwa dalam perang defensif seperti manakala musuh menyerang negeri Umat Islam, saat itu Umat Islam tidak boleh mundur dari medan perang sekalipun musuh berkali-kali lipat dari jumlah Umat Islam. Musuh dihadapi, dengan kemampuan yang ada. (Fatawa al-Kubra 1/236).

Dan untuk umat Islam Afghanistan, fatwa itu maknanya: jangan berjihad melawan AS dan sekutunya selama kekuatan militer kalian tidak sama besar dengan kekuatan militer AS dan sekutunya. Jangan melawan serbuan AS, jika pasukan komando, tank, kapal selam, pesawat tempur, pesawat siluman, rudal, bom nuklir, kapal pembom, kapal induk, kapal perusak kalian belum sama banyak dan sama kuat dengan milik AS dan sekutunya. Jangan berjihad cukup i’dad saja. Tawaran manis bukan?

Saudaraku…untuk kepentingan siapa Umat Islam diajak menyerah dengan takdir, berpangku tangan, tidak berusaha…bukankah ini menyerah kepada taqdir versi sekte sesat Jabariyah dan Jahmiyah…? Jika Allah menakdirkan AS mengganyang Afghanistan, bukankah itu takdir yang harus diterima dengan lapang dada? Jika memang sudah takdirnya Israel menjajah Palestina dan membantai Umat Islam, kenapa kita harus mempersoalkannya? Jika Allah menakdirkan Khilafah Islamiyyah jatuh akibat konspirasi musuh Islam Internasional, kenapa kita harus ribut? Bukankah dengan sekali kun fayakun, AS akan hengkang, Israel akan binasa dan khilafah tegak. Kenapa harus bersusah payah? Bukankah lebih baik duduk di bawah kipas angin di masjid, asyik membaca buku dan membicarakan kejelekan para da’i di luar kelompok kita?

Untuk kepentingan siapa syaikh mereka, syaikh Rabi’ Al-Madkhali mengarahkan meriam takfir (pengkafiran) kepada Sayid Quthb yang aktif mengkritik pemerintahan sekuler? Kemudian anda melihat mereka duduk berpangku tangan, menerima takdir, puas dengan aqidah Jahmiyyah-Jabbariyyah, demi keselamatan “aqidah salafiyah” mereka?

Tentara salibis dan zionis membantai ratusan ribu bahkan jutaan Umat Islam, tentara sekuler menegakkan pemerintahan sekuler dan bahu membahu dengan tentara salibis-zionis untuk memadamkan cahaya Allah Ta’ala, lantas anda berpangku tangan demi keselamatan “aqidah salafiyyah” anda, agar tidak diusik oleh tentara salibis, zionis dan sekuleris? Anda ingin cahaya Islam menerangi persada dunia ini dengan tanpa membuat orang-orang yahudi, nashrani dan musyrikin memarahi dan membenci anda? Jika itu aqidah anda, silahkan saja. Namun bagi Umat Islam lain di luar kelompok anda, tentu tak akan melupakan petuah Syaikhul Islam Ibnu Qayyim:

“Wahai orang-orang yang bermental banci, di mana anda dari jalan? Jalan di mana di atasnya: Adam kelelahan, Nuh meratap sedih, Al-Khalil dilempar ke dalam api, Ismail dibaringkan untuk disembelih, Yusuf dijual dengan harga murah dan dipenjara beberapa tahun, Zakaria digergaji, Yahya disembelih, Ayyub menderita sakit parah, tangisan Daud melebihi batas kewajaran, Isa berjalan kesusahan seorang diri dan Muhammad sholallahu ‘alaihi wa salam mengalami kemiskinan dan berbagai siksaan. Anda malah bersantai dengan kelalaian dan permainan?” (Al-Fawaid, hal. 56).

4. CUEK DENGAN NASIB UMAT ISLAM

Syaikh Muhammad Ibrahim Syaqrah menyatakan: “Termasuk fiqhul waqi’ (memahami realita yang ada) adalah engkau meninggalkan fiqhul waqi’ supaya fiqhul waqi’ menjadi sempurna dalam dirimu sehingga engkau menjadi orang yang paling tahu dan paham tentang fiqhul waqi’.” (Hiya As-Salafiyatu Nisbatan wa Aqidatan wa Manhajan, hal. 148).

Tak usah membaca koran, majalah, mendengar radio, melihat TV. Tak usah peduli dengan segala apa yang terjadi dengan dunia sekitar anda. Tak usah peduli dengan nasib ratusan juta Umat Islam di seluruh dunia, biarkan saja mereka, nanti anda akan menjadi orang yang paling paham dengan kondisi mereka. Diamnya anda, kesibukan anda dengan tarbiyyah dan tashfiyyah, kecuekan anda dengan jahiliyyah modern hari ini, akan menjadikan anda orang yang paling paham dengan kondisi dunia modern. Anda cuek dan diam, sibuk dengan urusan anda, maka anda akan menjadi orang yang paling pintar, mengalahkan semua pengamat. Untuk pandai dan paham tentang dunia sekitar, tak perlu belajar dan mencari tahu, cukup tashfiyyah dan tarbiyyah, kun fayakun anda jadi orang paling pintar.

Sebuah prinsip yang sangat bagus dan menggiurkan. Ukhuwah Imaniyyah yang menuntut kita memperhatikan nasib seluruh saudara kaum Muslim di dunia, bisa dirontokkan dengan dua baris kalimat sakti syaikh salafiyyah. Bila demikian keadaannya, maka hendaklah kita mencamkan wasiat Shahabat Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu: “Ikatan Islam akan lepas satu persatu bila di kalangan Umat Islam timbul sebuah generasi yang tidak paham dengan jahiliyyah” (Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Al-Fawaid, hal. 143).

Tidak paham konspirasi salibis-zionis-musyrikin, tidak paham kondisi saudara-saudara Muslim di berbagai belahan dunia yang sedang kesulitan, tidak paham sekulerisme, Khawarij, Murjiah, Jabariyyah, Jahmiyyah, bahkan tidak paham ahlus sunnah wal Jama’ah. Ya sudah, hancurlah Islam. Lepaslah ikatan Islam.

Inilah gambaran sekilas latar belakang pemikiran gerakan sesat Murji’ah ekstrim, yang hari ini dengan bangga menggelari dirinya sebagai gerakan salafiyyah. Mereka menganggap penyelewengan mereka dari aqidah ahlu sunnah wal jama’ah sebuah perkara remeh, padahal di sisi Allah Ta’ala sebuah perkara besar.

Tulisan super singkat ini belum membahas banyak hal tentang aqidah dan manhaj gerakan salafiyyah. Insya Allah, di lain kesempatan berbagai masalah yang berkaitan dengan gerakan ini akan disorot. Yang jelas, kemungkinan besar akan ada pihak-pihak yang merasa keberatan dan tidak terima dengan tulisan ini. Maka kepada saudara Muslim siapa pun dirinya kami nasehatkan beberapa hal berikut ini:

a. Mengembalikan seluruh perselisihan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai pemahaman salafus sholih.

b. Tidak ta’ashub buta dan taqlid buta kepada siapa pun, seberapa pun kebesaran jasanya dan ketinggian ilmunya, karena tidak ada yang ma’shum selain Rasulullah shalallahu ’alaihi wa salam

(Sumber : majelis.mujahidin.or.id; dimuat Kamis, 12 Mei 2005)

SALAFY (lagi): Namanya juga manusia....

Oleh : Abu Rifa Al-Puari

Mungkin saat kita berdiskusi dengan golongan yang mengaku sebagai salafi, salafiyun atau salafush shalih, akan menimbulkan kesan bahwa golongan ini merasa paling benar sendiri dan cenderung mencela golongan lain. Sehingga tidak ada golongan yang begitu aktif mencela golongan lain selain salafi, baik melalui buku-buku dan website mereka, kasus mutakhir adalah buku Rapot Merah Aa` Gym. Secara tidak sengaja penulis memperoleh jawaban atas karakter salafi tersebut dari sebuah buku karangan ulama salafi dengan judul Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah karangan Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi.

Buku tersebut bukan sebuah buku yang berisi celaan semata, tetapi buku yang telah direkomendasikan dan disetujui oleh salah satu ulama salafi Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, di halaman depan terdapat surat rekomendasi dari Shalih bin Fauzan untuk menerbitkan buku tersebut :

“…Sungguh, komentar (ta’liq)-nya telah mencukupi. Dan saya ijinkan untuk menerbitkan dan menyebarkannya. Mudah-mudahan Allah SWT menjadikan risalah ini bermanfaat untuk manusia”

Artinya, buku ini dapat digunakan sebagai representasi sikap salafi terhadap golongan yang berbeda pendapat (ijtihad) dengan mereka. Di samping itu, apa yang tertera di dalam buku tersebut juga diperkuat lagi dengan buku-buku salafi yang lain dan website-website salafi.

Mungkin buku tersebut dimaksudkan memberikan nasehat kepada golongan yang dianggap menyalahi as-Sunnah dan mereka yang tidak termasuk golongan salafi, tetapi secara tidak sadar buku tersebut telah menelanjangi KARAKTER ASLI SALAFI. Dalam tulisan ini akan diungkapkan karakter salafi dan bantahan terhadap pendapat mereka. Karakter-karakter salafi dapat kita simpulkan sebagai berikut :

1. Merasa dirinya paling benar

Salafi satu-satunya golongan yang selamat, yang benar dan yang masuk syurga

Salafi meyakini bahwa merekalah yang disebut-sebut dalam hadits Nabi sebagai golongan yang selamat dan masuk syurga, sedangkan 72 golongan lainnya kelompok sesat dan bid’ah dan akan masuk neraka. Hadits tersebut berbunyi :

Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan.” Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah mereka, wahai Rasul Allah?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku.” (HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darami dan Al-Hakim).

Keyakinan salafi ini diperkuat oleh kaidah yang mereka gunakan “Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali”. Hal ini berasal dari pemahaman salafi terhadap hadits Rasulullah SAW :

Rasulullah SAW bersabda: ‘Inilah jalan Allah yang lurus’ Lalu beliau membuat beberapa garis kesebelah kanan dan kiri, kemudian beliau bersabda: ‘Inilah jalan-jalan (yang begitu banyak) yang bercerai-berai, atas setiap jalan itu terdapat syaithan yang mengajak kearahnya’ Kemudian beliau membaca ayat :

Dan (katakanlah): ‘Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (QS Al-An’am 153).

(HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim) (Lihat Abdul Hakim bin Amir Abdat, Risalah Bid’ah, hal. 47-48).

Dengan mengutip dua hadits tentang; satu golongan yang selamat dari 73 golongan dan hanya satu jalan yang lurus, maka salafi meyakini bahwa merekalah yang disebut-sebut kedua hadits tersebut. Salafi-lah satu-satunya golongan yang selamat dan masuk syurga, serta golongan yang menempuh jalan yang lurus itu. Simaklah pernyataan salafi :

Dan orang-orang yang tetap di atas manhaj Nabi SAW, mereka dinisbahkan kepada salaf as-shalih. Kepada mereka dikatakan as-salaf, as-salafiyun. Yang menisbatkan kepada mereka dinamakan salafi.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 33, catatan kaki).

Kami di atas manhaj yang selamat, di atas akidah yang selamat. Kita mempunyai segala kebaikan –alhamdulillah-” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 76-77).

Jadi jika benar dia di atas manhaj Rasulullah SAW dan manhaj salafu ash-shalih, maka dia dari ahlu jannah. Bila dia menjadi orang yang berbeda di atas manhaj sesat, maka dia terancam neraka.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 110).

Saya (Abu Abdillah) berkata,’Subhanallah! Bagaimana dia membolehkan dirinya menggabungkan antara manhaj salaf yang benar dengan manhaj-manhaj dan kelompok-kelompok bid’ah yang sesat dan bathil.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 32, catatan kaki)

Jalan merekalah yang harus ditempuh oleh generasi yang datang setelahnya, memahami dengan pemahaman mereka, menerapkan dan mendakwahkannya seperti mereka. Jalan merekalah yang kemudian dikenal dengan istilah manhaj salaf, metode salaf, ajaran salaf atau pemahaman salaf dan lain-lain.” (www.salafy.or.id , Muhammad Umar As-Sewed, Sekali Lagi : Mengapa Harus Manhaj Salaf?).

Akibatnya, sulit bagi salafi untuk menerima ijtihad golongan/ulama lain yang berbeda dengan mereka, karena salafi meyakini kebenaran hanya satu dan salafi-lah pemilik kebenaran itu, karena merekalah golongan yang paling sesuai dengan as-sunnah, yang paling benar, selamat, dan ahlu jannah.

Dalam hadits tersebut ada kata firqah, tapi dalam konteks ini sebagai seseorang/golongan yang dikutuk karena tindakan yang mereka lakukan telah menyimpang dari wahyu Allah. Firqah yang dihukum dan masuk ke dalam api neraka, serta firqah yang selamat dan masuk syurga tidak bisa dinisbatkan kepada golongan tertentu. Oleh karena itu, mereka-mereka yang mengikuti mazhab-mazhab tertentu atau golongan lain selain salafi tidaklah bisa diberi label ‘sesat’. (www.hayatulislam.net , Asif Khan, Kritik: Terbagi ke Dalam 73 Golongan).

Kebenaran hanya milik Allah SWT, bukan milik satu golongan. Bahkan para imam madzhab sendiri tidak pernah mengklaim bahwa diri (madzhab) merekalah yang paling benar, simaklah pernyataan para Imam Madzhab tersebut :

Imam Abu Hanifah (Hanafi):

“Jika suatu hadits shahih, itulah madzhabku”

Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu darimana kami mengambil sumbernya”

Imam Malik (Maliki):

Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah, terkadang benar. Oleh karena itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan Al-Quran dan sunnah, ambillah, dan bila tidak sesuai dengan Al-Quran dan sunnah, tinggalkanlah”

Imam Syafi’i:

“Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan hadits Rasulullah SAW, peganglah hadits Rasulullah SAW itu dan tinggalkanlah pendapatku itu”

Imam Ahmad bin Hambal (Hambali):

Janganlah engkau taqlid kepadaku atau kepada Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, tetapi ambillah dari sumber mereka mengambil.” (Lihat Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Sifat Shalat Nabi, hal. 53-60)

Begitulah para imam madzhab menganjurkan untuk tidak merasa paling benar sendiri dan tidak taqlid kepada satu golongan, merekalah salafus shalih yang benar. Ketika salafi merasa paling benar sendiri, maka salafi bukanlah salafush shalih yang benar seperti yang telah dicontohkan oleh para imam madzhab.

Bahkan diantara imam madzhab terdapat perbedaan ijtihad dalam beberapa masalah furu’, mereka tidak saling membid’ahkan dan menyesatkan satu sama lain. Bahkan menganjurkan untuk menelaah dulu hujjah mereka dan jika ada hujjah yang lebih kuat (quwwatut dalil) silahkan diambil hujjah itu.

Di lain hal, jaminan Allah SWT terhadap hamba-Nya ahli syurga adalah kepada orang yang mukmin, tidak ada klasifikasi apakah mukmin salafi, mukmin ikhwani, mukmin tahriri, mukmin tablighi, dan mukmin-mukmin tertentu saja. Selama mukmin tersebut menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya, maka Allah SWT menjanjikan syurga bagi mukmin tersebut.

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka.” (QS At-Taubah 111).

Golongan yang lain adalah sesat dan bid’ah serta lebih berbahaya daripada golongan fasik

Salafi meyakini golongan lain yang berbeda dengan mereka sebagai sesat dan ahlu bid’ah. Golongan bi’dah ini lebih berbahaya dari pada golongan fasik (pelaku maksiat), karena golongan fasik masih bisa dinasehati dan diajak kejalan yang benar karena mereka tahu telah berbuat maksiat, sedangkan ahlu bid’ah tidak tahu bahwa mereka telah sesat, sehingga sulit untuk diajak kejalan yang benar.

Sebab pelaku maksiat masih bisa diharap untuk bertaubat, karena dia merasa berdosa dan tahu bahwa dirinya berbuat maksiat. Berbeda dengan ahli bid’ah, sedikit sekali kemungkinannya untuk bertaubat. Karena mubtadi’ (pelaku bid’ah) menyangka kalau dirinya di atas kebenaraan, dan menyangka bahwa dirinya orang yang taat serta di atas ketaatan.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 22).

Istiqamahnya golongan yang dianggap sesat dan bid’ah oleh salafi dengan pendapat (ijtihad) mereka, adalah hal yang wajar dan dapat dipahami, karena golongan ini mempunyai hujjah yang kuat juga untuk mempertahankan ijtihad mereka. Di sisi lain, perbedaan dalam masalah furu’iyah khilafiyah merupakan hal yang biasa dalam khazanah Islam dan para mujtahid (lihat penjelasan pada poin 2).

Hanya mereka yang berhak menyandang nama salafi

Salafi meyakini bahwa wajib memberikan nama golongan yang selamat itu sebagai salafi dan melarang golongan lain menggunakan nama salafi :

Jadi penisbatan kepada salaf adalah penisbatan yang harus, sehingga jelaslah bagi salafi (pengikut salaf) terhadap al-haq.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 33, catatan kaki).

Oleh karenanya tidak boleh memakai nama salafiyah, bila tidak di atas manhaj salaf.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 34).

Sikap ini menunjukkan rasa ‘ashabiyyah yang kental, dengan menganggap golongannya yang paling benar, padahal Rasulullah SAW mencela sikap ‘ashabiyyah ini :

Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada ‘ashabiyyah, orang yang berperang karena ‘ashabiyyah, serta orang yang mati karena ‘ashabiyyah.” (HR Abu Dawud).

Bahkan Shalih bin Fauzan Al-Fauzan yang merekomendasikan kitab “Menepis penyimpangan manhaj Dakwah”, dalam kitabnya Al-Wala’ dan Al-Bara’ melarang bersikap ‘ashabiyyah :

Inilah keadaan orang-orang yang ashabiyah pada saat ini dari sebagian pengikut-pengikut madzhab, aliran tasawuf serta penyembah-penyembah kubur. Apabila mereka diajak untuk mengikuti Al-Kitab dan As-Sunnah serta membuang jauh apa-apa yang menyelisihi keduanya (Al-Kitab dan As-Sunnah) mereka berhujjah (berdalih) dengan madzhab-madzhab, syaikh-syaikh, bapak-bapak dan nenek moyang mereka.” (Lihat Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Al-Wala’ dan Al-Bara’, hal. 63-64).

Bagaimana bisa timbul pertentangan, satu sisi merekomendasikan sebuah kitab yang sangat kental sikap ‘ashabiyyahnya karena merasa golongan yang paling benar dan hanya mengacu kepada ijtihad ulamanya sendiri, tetapi dalam kitab lain melarang orang-orang bersikap ‘ashabiyyah. Ini salah satu pertentangan beberapa kitab diantara ulama-ulama salafi, bahkan dalam satu kitab bisa terjadi pertentangan satu sama lain.

2. Mencela golongan/ulama lain

Tidak boleh berkasih sayang, berteman, semajelis dan shalat di belakang golongan sesat dan bid’ah. Jangan ungkapkan kebaikannya dan selalu ungkapkan keburukan golongan sesat dan bid’ah.

Terkait dengan poin 1 diatas dimana hanya golongan salafilah yang paling benar, mengakibatkan salafi dengan mudah mencela golongan/ulama lain yang berbeda ijtihad dengan mereka, bahkan salafi melarang berkasih sayang dan berteman dengan mereka :

Adapun apabila bermaksud berkasih sayang dengan mereka atau berteman dengan mereka tanpa (ada maksud) mendakwahi dan menjelaskan yang haq, maka tidak boleh. Seseorang tidak boleh bergaul dengan orang-orang yang menyimpang tersebut, kecuali di dalamnya didapatkan faedah syar’i, yaitu menyeru mereka kepada Islam yang benar dan menjelaskan al-haq agar kembali kepada kebenaran.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 26)

Tidak boleh semajelis dengan mereka :

Abu Qalabah berkata,’Janganlah kalian bermajelis dengan mereka dan jangan kalian bergaul dengan mereka. Sesungguhnya saya tidak merasa aman dari mereka yang akan menceburkan kalian dalam kesesatannya. Atau mengaburkan kebenaran-kebenaran yang telah kalian ketahui.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 111, catatan kaki)

Bahkan salafi tidak boleh shalat di belakang mereka :

Jangan shalat di belakang mereka, seperti Jahmiyah dan Mu’tazilah.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 66, catatan kaki)

Tidak boleh mengungkapkan secuilpun kebaikan mereka, karena mengakibatkan orang awam akan mengikuti mereka, dan harus diungkapkan keburukan-keburukannya :

Apabila engkau menyebutkan kebaikan-kebaikannya, berarti engkau menyeru untuk mengikuti mereka. Jangan… jangan engkau sebutkan kebaikan-kebaikannya. Sebutkan saja penyimpangan-penyimpangan yang ada pada mereka. Karena engkau diserahi untuk menjelaskan kedudukan mereka dan kesalahan-kesalahan agar mereka mau bertaubat, dan agar orang lain berhati-hati terhadapnya.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 28-29)

Begitu berbahayanya golongan yang dianggap sebagai sesat dan bid’ah tersebut, sehingga “nyaris” diperlakukan seperti orang kafir, tidak boleh berteman, berkasih sayang dan semajelis dengan mereka. Karena begitulah perintah Allah SWT dalam memperlakukan orang-orang kafir, mukmin tidak boleh berteman dekat dengan orang kafir :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu.” (QS Ali Imran 118).

Tidak boleh semajelis dengan mereka :

Dan sungguh Allah telah menurunkan padamu didalam Al-Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk berserta mereka. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir didalam neraka jahanam.” (QS An-Nisa’ 140).

Padahal sesama mukmin itu bersaudara, apapun golongan, kebangsaan, dan sukunya, selama ia seorang muslim maka ia saudara bagi muslim yang lain. Rasulullah SAW tidak pernah membedakan antara Abu Bakar dan Umar yang Arab, Bilal yang Habsyi (negro), Salman yang Persi dan Shuhaib yang Rumawi, semuanya sama di hadapan Rasulullah SAW selama mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat 10).

Sesama mukmin tidak boleh saling mencela, mendzalimi dan merendahkan, serta harus berda’wah dengan lemah lembut :

Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya; satu sama lain tidak boleh saling mendzalimi, menelantarkan dan merendahkan.” (HR Muslim dan Ahmad).

Maka disebabkan rahmat Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka.” (QS Ali Imran 159)

Golongan sesat dan bid’ah harus dihambat gerakannya dan kalau perlu dimusnahkan

Salafi meyakini golongan lain sesat dan menyesatkan (termasuk partai politik) dan salafi memberikan istilah hizbiyyah atau harakah. Metode da’wah hizbiyyah ini dinilai beraneka ragam, ruwet, lagi kacau. Semuanya harus dihambat gerakannya dan kalau perlu dimusnahkan karena sangat berbahaya bagi masyarakat, karena golongan ini akan meracuni masyarakat dan menyebar perpecahan umat. (Lihat Abul Hasan Musthafa, Bunga Rampai Fatwa-Fatwa Syar’iyah, Jilid 1, hal. 39)

Da’i salafiyun tidak boleh memberi kelapangan bagi tersebarnya manhaj-manhaj mereka. Bahkan wajib mempersempit ruang gerak dan memusnahkan manhaj mereka.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 69, catatan kaki).

Sehingga kaum muslimin harus menyatu dalam satu golongan saja, yakni salafi. Tidak boleh ada golongan-golongan lain yang eksis, adanya jamaah-jamaah, kelompok-kelompok atau golongan-golongan menunjukkan adanya perpecahan umat Islam. (Lihat Abul Hasan Musthafa, Bunga Rampai Fatwa-Fatwa Syar’iyah, Jilid 1, hal. 39)

Hampir semua golongan dianggap sesat dan menyesatkan oleh salafi, mereka pukul rata antara golongan yang sesat dengan golongan yang benar. Hanya gara-gara beberapa perbedaan ijitihad dalam masalah furu’, dengan mudah salafi menyesatkan golongan tersebut.

Salafi menyesatkan golongan syi’ah (rafidhah) dan Ahmadiyah, salafi juga menyesatkan pula golongan lain yang berbeda ijtihad dalam beberapa hal dengan mereka semisal Ikhwanul Muslimin, Jamaah Tabligh, Hizbut Tahrir, NII, Tasawuf, dll. (Lihat Abdul Hakim bin Amir Abdat, Risalah Bid’ah, hal. 95-145).

Saya (Abu Abdillah) berkata,’Ya Allah ya Rabb kami saksikanlah bahwa kami bara’ (berlepas diri) dari dakwah IM dan pendirinya, yang menyelisihi Al-Kitab dan As-Sunnah dan apa-apa yang ada pada pendahulu umat ini.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 26, catatan kaki).

Ulama yang berbeda ijtihad dengan salafi dianggap sesat dan ahlu bid’ah, diharamkan membaca kitab-kitab mereka.

Ulama-ulama besar dan berjasa bagi kebangkitan kaum muslimin tidak luput dari celaan salafi, menganggap mereka ahlu bid’ah, dilarang memuji, mengagungkan mereka, mengharamkan untuk membaca kitab-kitab mereka dan mendengarkan kaset-kaset mereka. Hal ini terjadi karena perbedaan ijtihad dalam beberapa hal saja. Ulama yang mereka anggap sesat dan ahlu bid’ah antara lain; Hasan Al-Banna, Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Abul A’la Al-Maududi, Taqiyuddin An-Nabhani, Muhammad Al-Ghazali, Muhammad Surur, Hasan Turabi, Yusuf Qaradhawi, dan lain-lain.

Bahkan ada orang yang memuji-muji: Abul A’la Al-Maududi dan kitab-kitabnya, Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin, Hasan Al-Banna, Sayyid Qutb, Hasan Turabi dan yang semisal mereka dari kalangan ahlu bid’ah.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 129, catatan kaki).

Tidak boleh membaca kitab-kitab ahlu bid’ah maupun mendengarkan kaset-kaset mereka. Kecuali orang yang ingin membantah dan menjelaskan kerusakan mereka.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 111, catatan kaki).

Hingga siapa saja yang memuji, memuliakan, mengagungkan kitab-kitab mereka, atau memberi udzur (maaf) untuk mereka, maka samakan dia dengan mereka (ahlul bid’ah dan ahlu ahwa’), dan tidak ada kemuliaan bagi mereka semua.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 133, catatan kaki).

Hati-hati engkau terhadap kitab-kitab ini. Ini adalah kitab-kitab bid’ah dan sesat, berpeganglah kalian kepada atsar.” (Lihat Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah, hal. 112, catatan kaki).

Sungguh sikap tercela dengan menganggap golongan/ulama itu sesat, hanya karena dalam beberapa hal ijtihad mereka berseberangan dengan salafi. Dalam masalah-masalah furu’iyah khilafiyah bisa saja perbedaan ijtihad, para sahabat seringkali berbeda pendapat dalam banyak hal, yang terkait kepada masalah-masalah furu’. Mujtahid-mujtahid besar dalam Islampun mempunyai perbedaan pendapat diberbagai aspek agama Islam, tetapi sekali lagi masalah yang menjadi dasar perbedaan tersebut adalah dalam furu’. Tetapi mereka tidak saling menyesatkan dan membid’ahkan. (www.hayatulislam.net , Asif Khan, Kritik: Terbagi ke Dalam 73 Golongan).

Kasus yang sangat populer di zaman Rasulullah SAW dimana diyakini sebagai landasan dibolehkannya perbedaan (ikhtilaf) dalam masalah furu’, adalah saat perang Khandaq. Di mana para sahabat memahami berbeda perintah Rasulullah SAW :

Janganlah salah seorang dari kalian melaksanakan shalat ashar kecuali di (daerah) Bani Quraizhah.” (HR Bukhari)

Para sahabat ada yang shalat Ashar dalam perjalanan, ada juga yang mengakhirkan shalat ‘Ashar hingga sampai di Bani Quraizhah, maka Rasulullah SAW-pun mendiamkan (taqrir) kedua kelompok sahabat yang berbeda itu (Lihat Muhammad Asy-Syuwaiki, Masalah-Masalah Khilafiyah di Antara Gerakan Islam, hal. 14). Hal ini diyakini bahwa dibolehkan terjadinya ikhtilaf dalam masalah furu’ dan membantah dengan tegas pernyataan salafi bahwa “Kebenaran hanya satu” karena dalam kasus melaksanakan shalat ‘Ashar yang berbeda di antara dua kelompok sahabat ini didiamkan (taqrir) oleh Rasulullah SAW atau kedua kelompok sahabat itu benar dan tidak ada yang salah.

Khatimah:

1. Salafi merasa dirinya yang paling benar, karena mereka meyakini kebenaran hanya satu, indikasi yang terdapat dalam hadits hanya satu golongan yang masuk syurga dari 73 golongan adalah golongan salafi, serta salafi menganggap sesat dan bid’ah golongan yang berseberangan ijtihad dengan mereka. Sehingga sulit bagi salafi untuk menerima ijtihad yang berbeda dengan mereka dan sangat taqlid dengan ijtihad ulama-ulama mereka.

2. Salafi cenderung mencela golongan lain, karena salafi diperintahkan untuk mengungkapkan semua keburukan golongan sesat dan bid’ah itu dan dilarang mengungkapkan secuil-pun kebaikan mereka. Karena mengungkapkan kebaikan mereka akan menyebabkan orang lain mengikuti golongan sesat dan bid’ah itu. Sehingga tidak heran jika buku-buku dan website-website salafi banyak memuat celaan sesat dan bid’ah kepada golongan lain.

3. Salafi juga melarang untuk berkasih sayang, berteman dengan golongan selain mereka, bahkan tidak boleh shalat di belakang mereka, salafi menyesatkan ulama yang mereka anggap ahlu bid’ah, melarang memuji, mengagungkan, membaca kitab dan mendengarkan kaset ulama-ulama tersebut. Sehingga salafi akan mengalami kesulitan dalam menjalin ukhuwah dengan golongan lain, malah akan menimbulkan pertentangan dan perpecahan dengan golongan lain.

4. Salafi akan menghambat gerak da’wah golongan yang dianggap sesat dan bid’ah oleh mereka, bahkan harus memusnahkan mereka (golongan da’wah dan partai politik), karena golongan itu dianggap akan meracuni umat dan menimbulkan perpecahan. Sehingga akan timbul benturan di medan da’wah antara salafi dengan golongan lain, karena golongan lain merasa dihalang-halangi saat berda’wah di area-area yang dikuasai oleh salafi.

Diharapkan setelah memahami karakter salafi ini, kita mampu mengantisipasi menghadapi golongan seperti ini. Tetapi jangan kaget, jika penjelasan dari kitab-kitab salafi di atas, akan ditemukan pertentangan dalam kitab-kitab salafi yang lain. Karena di antara ulama salafi sendiri bisa terjadi saling pertentangan, seperti halnya terpecahnya salafi dalam beberapa golongan.

Wallahua’lam

Maraji’ :

  1. Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah. Ini buku utama yang membongkar karakter asli Salafi dan telah direkomendasikan untuk diedarkan oleh ulama salafi Shalih bin Fauzan.
  2. www.hayatulislam.net , Asif Khan, Kritik: Terbagi ke Dalam 73 Golongan
  3. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Al-Wala’ dan Al-Bara’
  4. www.salafy.or.id , Muhammad Umar As-Sewed, Sekali Lagi : Mengapa Harus Manhaj Salaf?
  5. Abdul Hakim bin Amir Abdat, Risalah Bid’ah. Ini buku yang unik, karena mencantumkan daftar bid’ah dengan nomor tertentu sehingga mirip penomoran hadits. Tidak kurang 561 bid’ah dicantumkan dalam buku ini.
  6. Abul Hasan Musthafa, Bunga Rampai Fatwa-Fatwa Syar’iyah, Jilid 1.
  7. Muhammad Asy-Syuwaiki, Masalah-Masalah Khilafiyah di Antara Gerakan Islam
  8. Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Sifat Shalat Nab

sumber: http://www.khilafah1924.com

SALAFY : Namanya juga manusia....

Beberapa hari ini aku lagi asyik2nya membaca artikel yang berkaitan dengan Salafy.Waktu pertama kali menemukan betapasenangnya, karena mendapatkan ilmu yang lebih lagi mengenai Islam.
Tetapi, setelah membaca beberapa blog oleh orang2 yang mengaku penganut Salafy...aku jadi merasa jengkel...karena tingkah laku atau gaya mereka tidak seperti seharusnya.
Contohnya saja, aku pernah bertanya di salah satu blog mereka,...tapi jawaban dan cara penyampaianya sungguh tidak mengenakkan hati.

Berikut artikel bagus, yang menjelaskan secara gamblang pro dan kontra orang2/oknum salafy ini :


Nasihatku untuk Salafiyunâ dan yang terjebak di dalamnya


by Abu Faqih


Saya telah lama mengenal kelompok Salafy, tepatnya sejak tahun 1993. Kelompok lain sekitar tahun itu juga, atau 94-an, seperti IM, HT, dan Jamaah Tabligh. Pengamatan saya sampai hari ini, ada hal yang tidak berubah pada diri Salafy, yaitu hobi menuduh, memfitnah, mencela, imma dalam bentuk kajian di majelis talim (lalu dikasetkan), bulletin dawah, majalah dan buku-buku, belakangan di internet (saya memiliki arsip-arsipnya) . Semuanya dibungkus dengan istilah dan kedok nasihat dan tahdzir, atas nama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Maka tidak heran selama itu saya mengenal Salafy, selama itu pula saya tidak berminat mengikutinya. Maka tidak aneh, jika para pemuda yang baru ngaji, termakan provokasi oleh satu atau dua makalah Salafy yang berisi propaganda, dan pembunuhan karakter bagi yang lainnya. Setelah itu, tahu-tahunya berkata Saya tinggalkan IM, Dulunya saya IM, sekarang Salafy, (lha promosi .. siapa yang nanya? Becanda kok)
Anak kecil bila melihat mahasiswa memang kagum dengan intelektualitasnya, tetapi profesor melihat mahasiswa, tentu berkata Anda harus banyak belajar. Tidak sedikit dosen-dosen LIPIA yang heran dengan perilaku pemuda salafi. Maka wajar jika saya tidak pernah menganggap Salafy itu dalam ilmunya, hebat kajiannya, pokoknya tob abiss!.kalla tsumma kalla. Anehnya jika diajak diskusi atau dialog ilmiah terbuka, mereka menghindar. Jadi, mereka
menggunakan strategi Hit n Run (pukul dan lari). Sesungguhnya Ahlus Sunnah terkenal dalam hujjahnya, tinggi akhlaknya, sementara Salafy? sangat dalam hujatannya, dan bermasalah dari sisi akhlak. Insya Allah nanti akan saya tunjukkan bukti-buktinya.

Adapun bagi yang lain yang bukan Salafy, kalian jangan gembira dulu, tulisan ini sama sekali tidak diniatkan membela kalian; IM, HT, JT, atau MMI. Ini sekadar mengembalikan duduk masalah agar kaum salafiyun mengoreksi dirinya. Istilah Salafy akan selalu saya beri tanda petik, karena salafi yang benar-benar salafi sangat berbeda, bahkan super jauh dari pemikiran dan perilaku Salafy mereka ini (sama saja baik Salafy pengikut majalah Syariah yang mantan-mantan Lasykar Jihad yang belakangan disebut salafi yamani, atau majalah As Sunnah dan Al Furqan, yang katanya lebih moderat, namun jika membicarakan kejelekan kelompok lain, secara umum mereka sama akhlaknya). Saya tidak membicarakan Syaikh bin Baz, Syaikh Al Albany dan Syaikh Ibnu Utsaimin. Mereka, kaum salafiyun sering mengutip Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Syaikh bin Baz, Syaikh al Albany, dan Syaikh Ibnu Utsaimin, semoga Allah merahmati mereka semua, namun tak satu pun akhlak para imam ini diikuti oleh para salafiyun. Salafi sejati tidak akan bertengkar sesama mereka, walau perbedaan pasti ada, tetapi Salafy yang ini? Kita lihat sendiri, imma di Indonesia atau di luar, mereka berpecah dengan perpecahan yang amat mengerikan, saling tabdi, tafsiq, takfir, saling menuduh hizbi, sururi, turatsy,
quthby, dll. Anehnya, mereka menyebut dawah Salafy adalah dawah yang penuh diberkahi. Berkah? Apakah ada keberkahan dibalik perpecahan? Jawablah wahai kaum!

Bagi orang yang berilmu dan mantap keyakinannya terhadap al haq, faham betul makna salafus shalih yang orisinil, akan merasa heran dan geleng-geleng kepala dengan tingkah dan faham Salafy. Namun, kita akui bahwa banyak anak muda yang masih dalam tahap pencarian dan pengembaran ilmiah yang belum jauh, telah terperangkap pemikiran Salafy. Tidak sedikit saudara kita yang pernah menuntut ilmu di Saudi Arabia, kebingungan dengan tingkah Salafy di Indonesia. Seakan ada missing link, siapakah mereka ini?

Terus terang, saya tadinya enggan menulis ini, karena telah banyak yang memberikan tanggapan untuk mereka, tapi ibarat pepatah, anjing menggong-gong kafilah tetap berlalu. Namun fadzakkir fainna dzikra tanfaul muminin. Saya tidak tahu, pembela Salafy yang sering menghujat IM di forum Myquran ini, apakah ahli ilmu atau penuntut ilmu? Atau sekedar iseng? Berlayar masih di tepi laut, tingkah seakan sudah seperti pelayar ulung. Membaca baru satu dua kitab, seakan sudah menjadi al Allamah.

Namun harus diakui, ada pula Salafy yang salafi. Mereka mau mendengar pandangan orang lain, lapang dada terhadap perbedaan, lisannya bersih dari mencela, tawasuth, adab khilafiyahnya juga bagus. Sedangkan yang Salafy sangat berbeda. Jadi, komentar saya tidaklah untuk semua salafi, tetapi untuk Salafy saja, sebab kesalahan sebagian orang â€"lebih tepat disebut oknum- jangan sampai mengeneralisir semuanya. Semoga Allah Jalla wa Ala menjaga lisan saya dari mencela dan berbuat zalim dengan sesama ahlul kiblat.

Amin

Di bawah ini akan saya listing kejanggalan- kejanggalan kaum salafiyun gaya baru tersebut. Beserta komentar saya.

1. Mereka â€"seperti yang sering kita baca dalam tulisan mereka- tidak mau disebut jamaah salafi atau firqah, karena mereka adalah sebuah arus pemikiran yang mengikuti jejak salafus shalih, dan mencoba beramal dengan pemikiran itu, dan tidak pakai pimpinan, pengurus organisasi, dan lain-lain. Sementara yang lain IM, HT, JT, dan MMI, adalah firqah, (juga hizbiyah).
Komentar:
Inilah keputusan mereka terhadap yang lain, siapakah yang berwenang mengeluarkan keputusan itu? Siapa yang telah memberikan mandat kepada mereka? Sesungguhnya, ketika ada manusia yang menarik diri dari kelompok yang lain apalagi menyudutkannya, berarti sama saja ia telah membentuk kelompoknya sendiri alias firqah. Walau ribuan kali dikatakan kami bukan firqah, namun faktanya Salafy telah menjadi firqah (kelompok), disadari atau tidak. Jangan Anda katakan, “tapi, kami inikan firqah najiyah,” (iii … cape deeh) sebab klaim menjadi sia-sia jika tidak sesuai kenyataan.

2. Salafy menyebut yang lain adalah hizbiyah, kelompok yang
fanatik dan memecah belah umat.

Komentar:
Benarkah kelompok lain fanatik buta? Saya melihat langsung para masyaikh IM dan MMI baik tulisan dan lisan, kerap menggunakan fatwa- fatwa Syaikh bin Baz, Syaikh al Albany, dan lainnya. Bahkan mereka tidak membatasi para pemudanya untuk membaca buku-buku ulama salafi,
baik fikih atau nasihat-nasihatnya. Bahkan kawan-kawan saya, baik yang IM atau MMI, ikut juga kajiannya Salafy. Tetapi … jangan harap kita menemukan orang Salafy mau membacabuku-buku Al Banna, Al Qaradhawy, Sayyid Quthb, sekali pun ada biasanya untuk dicari kelemahannya. Karena mereka dilarang oleh masyaikhnya membaca karya ahli bidah. Maka, siapa yang fanatik sebenarnya? Jika Anda katakan, “Merekakan sesat dan kena tahdzir.” Benarkah? Apakah ada orang sesat yang mendapat pujian dan penghargaan para ulama dunia? Syaikh Mahmud Syaltut, Syaikh Muhibbudin al Khathib, Syaikh Abu Zahrah, Syaikh Amin Husaini, Syaikh Abdurrahman al Jibrin, Syaikh Manna Khalil al Qaththan, Syaikh Ali al Khafif, Syaikh al Maududi, bahkan Syaikh Rasyid Ridha, dan banyak lainnya, mereka memberikan kesaksian positif terhadap Al Banna dan Sayyid Quthb. Kesaksian mereka lebih layak didengar karena mereka hidup sezaman, atau pernah berinteraksi langsung. Sementara yang
mendiskreditkannya adalah orang yang tidak sezaman, atau belum pernah bertemu langsung, hanya mengutip dari tulisan lalu ditafsiri sendiri, sebagaimana komentar miring Syaikh Rabi bin Hadi (ada seorang murid Syaikh Aidh al Qarny berkata kepada kawan saya, bahwa Syaikh Rabi adalah tukang fitnah, ia adalah orang paling bertanggung jawab terhadap perpecahan antara sesama salafi, dan antara IM dan salafi). Lalu kutipan itu dikutip lagi. Sayangnya, anak-anak yang baru ngaji dijejali oleh tulisan dan pandangan yang mendiskreditkan, tanpa diberi kesempatan untuk mengaji dan mendapat klarifikasi dari yang lain, baik IM atau lainnya. Nah, yang seperti itulah yang biasanya terperangkap dalam salafi.

Adapun Al Qaradhawy, telah banyak secara bergelombang pujian dan penghargaan baginya dari para ulama dunia, termasuk di Saudi sendiri.
Bahkan Syaikh bin Baz memanggilnya Al Ustadz Al Fadhil (harian
Al Muslimun 19 Syaban 1415H/20 Januari 1995) begitu pula Syaikh al
Albany memanggil dia dengan sebutan itu (Lihat Muqaddimah Ghayatul Maram). Ada yang lucu, di buku Mereka Adalah Teroris! Al Qaradhawy di sebut teroris dan Khawarij, dan faksi salafi yamani ini juga membuat
iklan buku Membongkar Kedok Al Qaradhawy beberapa hari di Kompas, saat kedatangannya ke Jakarta pada Januari lalu. Ternyata datangnya Al Qaradhawy merupakan undangan dari presiden SBY! Jadi, SBY ngundang
teroris! Kasihan, rencana mereka gagal. Al Qaradhawy malah dielu- elukan SBY sebagai ulama moderat, bukan radikal. Itulah kalau asal
tuduh, orang tidak akan mudah percaya.

Fakta dilapangan, hubungan antara IM,HT, MMI, JT, DDII sangat harmonis. Mereka beberapa kali melakukan pertemuan, di antaranya di Islamic Center (ex lokalisasi Kramat Tunggak). Perbedaan organisasi dan metode praktis dawah tidak membuat mereka lupa untuk berkoordinasi. Sebenarnya Salafy diundang tetapi tidak datang, dan dalam pertemuan lain selalu tidak datang. Maka, siapa sebenarnya yang maunya berbeda terus? Siapa yang menyulut perpecahan? Jadi, siapa yang hizbiyah sebenarnya? Ada seorang tokoh JT dari Australia pernah berkata, Salafy adalah kelompok yang paling berbahaya, sebab di mana saja mereka berada pasti membuat keributan. Bahkan di Eropa, Jepang, Amerika Serikat, Australia, perbedaan yang ada di Timur Tengah mereka bawa juga ke sana, membuat para mualaf bingung. Wallahu Alam, tetapi untuk kalimat pasti membuat keributan kayaknya benar tuh!

Bukti lain Bahwa Salafy fanatik dengan kelompoknya adalah dalam banyak hal khususnya ibadah, mereka seragam. Anda lihat cara shalat mereka sama, terus terang saya sendiri juga menggunakan Sifat Shalat Nabi-nya Syaikh al Albany, namun sikap mereka seolah tak ada ruang yang untuk berbeda fiqih. Celana pun harus setengah betis, jika belum maka diragukan kesalafiannya. Anda lihat kelompok Islam yang lain, amat toleran dalam masalah khilaf fiqih, karena memang perbedaan fiqih tak mungkin dihindari. Tidak dibenarkan memaksakan kehendak harus sama dengan si fulan dan fulan.karena setiap orang bisa diambil atau ditolak perkataannya kecuali Rasulullah.

3. Salafy dalam berbagai tulisan, baik buku, majalah, dan web, merasa yang lain telah menyerang mereka, seakan Salafy menjadi pihak terzalimi.
Komentar:
Ini sandiwara yang bagus. Data dan fakta yang berbicara. Sejak zaman majalah Salafy awal ada (90-an), saat itu Jafar Umar Thalib â€"saddadallah khuthahu- menjadi pimpinannya, hingga majalah As
Sunnah yang lahir belakangan, sampai masa pecahnya mereka sejak sebelum adanya Lasykar Jihad sampai Lasykar Jihad dibubarkan dan hingga saat ini, berapa banyak tulisan dalam berbagai bentuknya (termasuk ceramah kaset) yang menyerang IM, JT, HT, sangat banyak, bahkan buaaanyak! Contoh: dalam bentuk buku, Dialog Dengan Ikhwani, Hasan al Banna seorang teroris?, Kekeliruan Sayyid Quthb, Membongkar Kedok Al Qaradhawy, Terorisme Dalam Pandangan Islam (isinya menyerang IM dan tokoh-tokohnya, berbeda dengan judul), Al Qaradhawy Dalam Timbangan, Sayyid Quthb Mencela Sahabat?, Fatwa Ulama Tentang Jamaah Tabligh, Hizbut Tahrir Neo Mutazilah, dll. Untuk Majalah sangat banyak, baik tulisan khusus atau yang terintegrasi dengan kajian umum, sampai saya bosen, baik Salafy, As Sunnah, dan Syariah. Contoh, di As Sunnah berjudul Jamaah-Jamaah Menyimpang (tertulis IM, HT, Hamas, dll). Pada Bulletin Al Manhaj ada Sesatkah Jamaah Tabligh?, Penyimpangan Ikhwanul Muslimin, dll. Kenapa mereka tidak menulis tentang kejahatan Israel, Kekejaman AS, Pemurtadan dan Kristenisasi, atau kalau mau menyerang mbo ya ..yang benar-benar sesat seperti LDII, NII, Ahmadiyah, Isa Bugis, Inkar Sunah.

Sementara yang mengkaunter mereka baru ada tahun 2003an, sejak lahirnya buku Al Ikhwan Al Muslimin Anugerah Allah yang Terzalimi, Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak, dan Siapa Teroris Siapa Khawarij, dan beberapa tulisan ringan.(bahasanya pun santun, berbeda dengan tulisan kelompok Salafy). Semua itu dibuat sebagai reaksi bukan yang mengawali, sebagai air dari api yang dikobarkan oleh salafi..
Apakah Salafy mau menyadari dan mengakui ini? Saya minta kepada
para salafiyun untuk menunjukkan satu saja buku dari tokoh- tokoh IM (seperti Al Qaradhawy, Fathi Yakan, Sayyid Quthb dan adiknya, Abdullah Nashih Ulwan, Abdul Halim Abu Syuqqah, dll) yang menghujat Salafy, kalau ada saya minta ya!

4. Dalam berbagai pernyataan terlihat sekali, Salafy merasa paling salafi, ahlus sunnah, firqah najiyah, thaifah manshurah, paling benar hujjahnya, paling pintar ulamanya, pokoknya top abizz! Yang lain laa yafqah syaian (gak ngerti apa-apa),_sementara yang berbeda dengan mereka dianggap ahlul bidah, ruwaibidhah, jahil, dll. Pokoknya laa Yabqa wahid (tak tersisa satu pun), pernah mengalami serangan salafi.

Komentar:
Laa Tuzakkuu anfusakum, wahuwa alamu bimanittaqa (jangan kalian merasa suci, dan Dia mengetahui siapa yang bertaqwa). Naudzu billah!
Orang baik tidak akan merasa baik, sebab jika ada orang baik merasa
sudah baik, berarti dia sombong. Orang ikhlas ketika merasa ikhlas
berarti dia belum ikhlas. Saya telah membaca beberapa karya tokoh
Salafy Indonesia, nuansa merasa paling pintar sangat terasa,
seperti Al Masaail dan Risalah Bidah (saya akui kedua buku itu bagus, saya pun banyak mengambil manfaat darinya, tetapi ada alumni
LIPIA yang berkata buku Risalah Bidah itu la yanfa- tidak bermanfaat) penulisnya banyak berkata, Saya berkata, Saya
katakan, kalau penulisnya adalah ulama mungkin tidak apa-apa, tapi
siapa Anda? Padahal Salafy lainnya, yakni Umar As Sewed telah
mentahdzir Anda, dan mencela dengan gelar-gelar yang menyakitkan.
Itu urusan antuma berdua deh. Adalagi, pemilik blog Abusalma.Wordpress.com, yakni Andi Bangkit yang membuat buku Menyingkap Kerancuan dan Syubhat Ikhwanul Muslimin, sebagai buku bantahan Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah Yang Terzalimi.
Andi Bangkit ini lebih parah lagi, lebih banyak ia menggunakan Saya berkata, Saya katakan di banding ustadznya itu, belum lagi bantahannya yang kekanak-kanakan dan jauh dari substansi masalah. Saya sudah baca bukunya, ternyata banyak catatan saya atas buku itu. Mulai dari pemakaian bahasa yang over kasar seperti bodoh, tidak mengerti agama, jahil, kufur, khawrij, dll, atau salah faham yang amat akut, pembahasan yang ngelantur, berlagak tahu di banyak hal ternyata keliru, banyak menafsiri ucapan orang dengan pikiran sendiri agar cocok dengan tuduhannya, satu lagi nampaknya ia belum mencium aroma khilafiyah fiqih. Kalau ada waktu, insya Allah, akan saya bahas buku itu. Sungguh Imam Ibnul Qayyim mencela pemakaian Aku berkata, Menurut pendapatku, karena kesan sombong sangat terasa. Saya hanya berharap mudah-mudahan kita semua bisa menjadi Ahlus Sunnah yang sebenarnya, thaifah manshurah, dan firqah najiyah, dan Allah Tabaraka wa Taala
membimbing kita ke arah sana.

Perilaku Salafy telah membuat garis hitam putih, bahwa kebenaran hanya ada pada Anda sedang yang lainnya jika berbeda adalah salah dan sesat. Dunia ini seakan hanya ada dua manusia, Salafy dan non salafi (ahli bidah). Ini mengingatkan saya kepada ayat Ana khairu minhu (Aku lebih baik darinya), ucapan Iblis Lanatullah Alaih. Hal biasa dalam buku atau tulisan kelompok Salafy .
penulisnya mengatakan Kebenaran telah disampaikan, atau Iqamatul Hujjah (menegakkan Hujjah), Ulama-ulama sunnah sudah menegaskan, seakan hujjah hak Salafy saja yang menggunakan dan layak menafsirinya. Seakan label ulama cuma untuk masyaikhnya saja. Pokoknya yang beda tafsiran pasti salah. Sungguh, penentu surga atau neraka seseorang adalah Allah Taala, bukan Salafy. Sadar gak ya?

5. Terbiasa menggunakan label buruk, berkata kasar, menuduh, dan
fitnah, kepada pihak lain, bahkan ulama.

Komentar:
Mencaci maki seorang muslim adalah fasik dan membunuhnya adalah kufur (HR. Bukhari dan Muslim). Saya menegaskan, ini bukanlah perilaku mereka semua, melainkan bebarapa saja, walau di banyak sisi mereka sama saja, karena taqlidul ama (taqlid buta).

Yusuf al Qaradhawy â€"yang menjadi ketua Ikatan Ulama Internasional- diplesetkan menjadi Yusuf al Quradhi (nisbat pada Yahudi Bani Quraidhah), Aduwullah (musuh Allah), Ibnul Yahud (Anak Yahudi), Al Qaradha (penggunting) , ini pada tahun 90-an. Ikhwanul Muslimin menjadi Ikhwanul Muflisin (Persaudaraan orang-orang bangkrut), Abu Bakar Baanjir (plesetan dari nama Ust. Abu Bakar Baasyir), Jalaluddin Rahmat menjadi Dajjaluddin Rahmat, atau Dhalaluddin Rahmat (ini pada tahun 90-an), ya dia Syiah, alangkah baiknya dikatakan semoga Allah memberinya hidayah, semoga Allah meluruskan jalannya, dibanding memaki-maki.

Menuduh Quburiyun kepada IM dan JT, saya telah membaca dan berinteraksi dengan orang IM, ternyata mereka sangat anti dengan hal itu. Bahkan jika orang-orang nyekar ke kubur qabla dan bada ramadhan mereka mengingkari kebiasaan itu. Bahkan kebiasaan di masyarakat seperti nujuh bulanan, nishfu syaban, tahlilan, membaca rawi dan barzanji, mereka juga mengingkarinya, hanya saja mereka tidak mau konfrontatif. Bahkan ketika musim Muludan para penggemar Maulid sering menghembuskan Hat-hati terhadap kelompok GAM (Gerakan Anti Maulid), maksudnya PKS. Ini langsung saya dengar di daerah saya dari ceramah seorang habib. Perlu Anda tahu, PKS juga disebut Wahabi oleh NU dan kalangan alawiyin.

IM mewajibkan membaca dan menghafal Al Matsurat, ini dusta, dusta, dan dusta. Jika yang dimaksud wajib menghafal adalah sebagaimana guru mewajibkan hafalan surat-surat pendek kepada muridnya di TPA atau sekolah, jelas itu hal yang wajar. Adapun katanya IM melazimkan dalam setiap pertemuan di baca Al Matsurat, jelas dusta. Demikian saya ketahui dari mereka.

IM dan lainnya, tidak perhatian dengan masalah aqidah. Ini juga dusta. Banyak buku yang ditulis tokohnya tentang aqidah, bahkan ketika awal mereka talim, yang dibahas adalah makna syahadat, macam-macam tauhid, al wala wal bara, tentang marifatullah, Rasul dan Islam. Masih sangat banyak fitnah lainnya.

6. Salafy sering mencela orang yang berbeda fiqih dengan mereka.
Komentar:
Banyak contohnya seperti nasyid, IM diserang habis-habisan. Padahal masalah nasyid adalah benar-benar masalah perbedaan pendapat ulama. Masa gak tau sih? Kalau benar-benar tidak tahu berarti Anda jangan bicara fiqih deh, karena kata para ulama Orang yang tidak tahu perselisihan pendapat fikih para fuqaha, berarti dia belum mencium aroma fiqh. (Lha, kalo aromanya aja belum tau apa lagi isinya?) kalau Anda sudah tahu bahwa nasyid itu memang perbedaan pendapat, kenapa sulit sekali untuk berjiwa besar menerima perbedaan?

Yang mengharamkan â€"itupun tidak mutlak- adalah Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Syaikh bin Baz, Syaikh al Albany, Syaikh Shalih Fauzan, dll. Yang membolehkan seperti Ibnu Hazm, Ibnu Nahwi, Ibnu Thahir, Al Ghazaly, Ahmad Syurbashi, Ali ath Thanthawy, Mutawalli Asy Syarawy, Al Qaradhawy, Muh. Al Ghazaly, dll.

Memakai celana di bawah mata kaki (isbal), juga khilafiyah. Yang mengharamkan kita tahu-lah siapa orangnya. Tapi, harusnya mereka juga
memperhatikan bahwa ada juga yang tidak mengharamkan, seperti Imam Asy SyafiI memakruhkan (kecuali jika sombong maka haram), Ibnu Abdil Bar menegaskan masalah isbal dan pakaian adalah bagian dari adat disebuah daerah (tentu selama tidak buka aurat lho), juga Ibnu Hajar, haram jika sombong, begitu pula saudara-saudara kita di PERSIS. Lalu, gimana kalo sudah setengah betis tapi sombong juga?
Karena merasa sudah paling menjaga sunah. Percumakan? Hayooo … siapa tuh .. Semoga Allah Taala memberikan pahala bagi Anda yang tidak isbal. Amin.

Juga masalah Al Matsurat, yang katanya beberapa haditsnya dhaif. Padahal banyak kitab kumpulan doa pasti ada yang dhaif sepeti Kalimatut thayyibah-nya Ibnu Taimiyah, atau Al Adzkarnya An Nawawi. Lalu kenapa mereka berdua gak di cela? Lagi pula berdoa juga gak apa-apapakai redaksi perkataan sendiri. Apakah ada haditsnya doa berbunyi Ya Allah, mudahkanlah urusan anakku yang hendak SPMB. Tapi apakah salah doa ini? Ya tidak, yang salah kalau itu dianggap dari Nabi. Jangan lupa, banyak ulama yang membolehkan menggunakan hadits lemah selama untuk fadhailul amal, termasuk doa. Seperti Imam Abdurrahman al Mahdi, Ahmad, Abu Zakaria al Anbari, Sufyan ats Tsauri, Tirmidzi, Ibnu Rajab al Hambali, Ibnu Maiin, Sufyan bin ;Uyainah, Ibnu Hajar, An Nawawi, Daqiq al Id, Izzuddin bin Abdussalam, dll.mereka membolehkan menggunakan hadits dhaif untuk fadhailul amal, tentu dengan syarat-syaratnya. Adapun yang melarang adalah Imam Bukhari, Ibnu Hazm, Ibnul Araby, Abu Syamah, Syaikh Muh. Syakir, Syaikh al Albany, dll. Maka sungguh mengherankan
Salafy yang tidak henti-hentinya mengkritik Al Matsurat, maka wajar ada Ustadz dari IM begitu pulang dari Saudi Arabia mengatakan bahwa mereka yang mengkritik mungkin gak ngerti fiqih atau mungkin memang mengikuti hawa nafsu kebencian yang luar biasa kepada IM. Sehingga asal bicara, tanpa mau membaca kitab ulama secara utuh. Pokoknya kalau dari IM, ya salah. Titik. Ini namanya Ainus Sukhti (mata kebencian)...

Atau khilaf fiqih kontemporer, seperti dakwah melalui parlemen dan partai, para ulama kontemporer berbeda pandangan. (anehnya, Salafy membidahkan partai karena bukan sarana dakwah Rasulullah, lha Anda sendiri mendirikan yayasan dakwah, emangnya nabi pernah berdakwah pakai yayasan atau forum komunikasi Ahlus Sunnah wal jamaah? Bidahin juga donk? Kalau Anda bilang berpartai akan bikin pecah umat, akhee .. sebelum ada partai juga, umat udah pecah gara-gara beda madzhab fiqih, perbedaan syafiiyah dan hanafiyah sampe perang fisik di beberapa tempat. Harusnya Anda juga melarang madzhab donk karena juga bikin pecah, bahkan Anda sendiri juga berpecah,kan sesama salafi? Berarti, keberadaan Anda yang bikin pecah, seharusnya menjadi alasan agar kelompok Anda ditiadakan. Tapi kita kan kagak tega ama ente ,kalau perlu bubarkan kesebelasan sepak bola karena mereka juga sering
bikin perpecahan sektarian dan suku). Saya hargai pendapat Anda, toh
kalangan IM ada juga yang melarang dakwah parlemen dan partai seperti Sayyid Quthb dan adiknya, juga Fathi yakan. Tetapi apakah anda mau hargai pendapat IM? Berat … berat … )

Syaikh Rasyid Ridha, Syaikh Abu Zahrah, Syaikh Ali al Khafif, Syeikh Aidh al Qarny, bahkan Syaikh bin Bazz membolehkan dakwah parlemen, sebagaimana dalam kitab Al Fikr AsSiyasy al Muashir inda Al Ikhwan Al Muslimun. Maktabah al Manar al Islamiyah. Juga Syaikh Ibnu Utsaimin, Syaikh Umar Sulaiman al Asyqar, Syaikh Al Maududi,Syaikh Nashir Umar, Syaikh Salman al Audah, Syaikh Safar al Hawali, Syaikh Abdurrahman As Sadi, dll, sebagaimana dalam buku Pemilu dan Parpol Dalam Perspektif Syariah Karya Abdul Karim Zaidan, Abdul Majid Az Zindany, dan Muhammad Yusuf Harbah. (kira-kira salafiyun mau terima gak pendapat ulama-ulama ini ..?)

Di atas contoh saja, masih banyak lagi ketidakmampuan Salafy
untuk dewasa menghadapi perbedaan fiqih. Inga â€"inga … para ulama
ushul berkata Al Ijtihad Laa yanqudhu bil Ijtihad (Ijtihad tidak bisa
mementahkan ijtihad yang lain) karena sama-sama ijtihad koq, bisa benar bisa salah. Tidak boleh merasa paling benar. Kaidah lain, Laa inkara fi masail ijtihadiyah (tidak boleh saling mengingkari dalam masalah yang masih ijtihadi). Perselisihan fiqih adalah ruang untuk toleran, bukan ruang nahi munkar. Adapun keharaman yang disepakati seperti mabuk, judi, korup, zina, adalah ruang untuk nahi munkar. Fahimtum ..? seharusnya itu agenda kita ..

7. Menuduh yang lain adalah Khawarij terhadap IM, HT, MMI.

Komentar:
Ini namanya menepuk air di dulang terpercik muka sendiri, atau maling teriak maling. Emangnya khawarij itu apa sih? Ciri khawarij itu, sebagaimana yang kita ambil pelajaran dari perilaku Dzul Khuwaisirah (Muttafaq Alaih) dan juga sejarah lainnya tentang mereka, adalah lancang terhadap Rasulullah, keras sesama ahli kiblat, sementara banci terhadap orang kafir. Saat ini Rasulullah tidak ada, berarti pewarisnya yakni para ulama. Nah, siapakah yang hobinya mencaci maki para ulama? Ayoo jujur …, terus siapa yang keras terhadap sesama muslim, wah jelas … sejelas matahari di siang hari, siapa yang hobi menyerang sana-sini sampai akhirnya sesama teman sendiri?, siapa yang justru bermesraan dengan Amerika Serikat bahkan meminta pertolongan mereka untuk menyerang Iraq? Kita juga benci karena Allah kepada Sadam, tapi apakah dibenarkan mengorbankan Rakyat Iraq melalui tangan kotor AS? Jadi, sopo sing khawarij? (maka wajar Ust. Halawi Makmun, LC, MA. Meminta agar mereka jangan lagi dipanggil salafi, tetapi murjii (murjiah) atau khariji (khawarij). Ust. satu ini keras tapi lucu, dengan keras ia menyebut Salafy sesat, bodoh, khawarij, murjiah, bahkan ada syiahnya, bahkan untuk Luqman Baabduh, lantaran pendapatnya dalam buku Mereka Adalah Teroris! yang membolehkan meminta pertolongan AS untuk menyerang Irak, Ust. Halawi mengatakanitu perbuatan kafir dan seharusnya langsung tebas, gak usah nunggu keputusan mahkamah. Saya juga tidak sreg dengan bahasa dari Ust. Halawi ini. Tapi, tidak ada asap tanpa api, tidak ada reaksi tanpa aksi yang memulai.)

Dalam ciri lainnya, khawarij itu memberontak kepada penguasa yang adil yang menggunakan syariat Islam yaitu Ali. Apakah ada orang IM, HT, MMI, memberontak kepada pemerintah yang adil? Tidak, justru mereka akan siap menjadi prajuritnya. Ingat kalau pun ada IM, HT, MMI, memberontak kepada penguasa yang zalim, maka itu bukan termasuk khawarij. Ibnu Khaldun mengatakan menurunkan kekuasaan penguasa yang zalim bukanlah termasuk bughat, bahkan Ibnu hazm membenarkan mencopot penguasa yang zalim. Banyak ulama yang membenarkannya, seperti Al Ghazaly, Ar razi, dan lain-lain. Dengan syarat penguasa tersebut telah zalim, tidak menggunakan syariat, dll. Adapun menurut Salafy, khawarij hukumnya jika memberontak atau melawan pemerintah yang sah. Lho, kalau sah tapi zalim gimana mas? Wah bisa- bisa Nabi Musa juga khawarij karena melawan Firaun selaku penguasa yang sah saat itu, atau Nabi Ibrahim karena melawan penguasa zalim Namrudz.

O iya, kan PKS jadi bagian dari pemerintah yang sah, nah mana mungkin mereka khawarij lha wong pemerintahnya dia sendiri koq, kan gak mungkin mereka memberontak diri sendiri. Justru bila kita gunakan jalan berfikir orang Salafy, maka sebenarnya Salafy-lah yang layak disebut bughat karena sehari-harinya menjelek-jelekkan PKS (pemerintah) melulu. Ayoo kenakan …? Makanya kalau berpendapat pake dalil, pendapat para ulama, berbagai sudut pandang, otak yang tajam, perenungan mendalam, dan hati yang jernih. Sehingga penuh
pertimbangan dan tidak rapuh. Saya sudah menerjemahkan nasihat ulama
Timur Tengah untuk kaum salafiyun, Insya Allah saya akan tampilkan kalau sikap Anda belum berubah, itu pun jika saya masih tertarik diskusi dengan Anda dan ada waktu luang. (Cape tau …
ngurusin kaya beginian, sayakan juga banyak urusan)

8. Terakhir untuk saudaraku seiman dan seperjuangan, seluruhnya tanpa kecuali … mari kita berjalan bersama, duduk bersama, membicarakan hal-hal yang dibutuhkan umat. Sungguh umat bingung melihat perilaku aktifis Islam seperti ini. Mereka tak ada tempat bertanya dan tak ada yang menolong ketika butuh pertolongan, maka datanglah misionaris yang akan menerkam mereka. Anda tahu, bahwa orang kafir bertepuk tangan karena kita saling bercakaran? Jangan- jangan mereka mengucapkan terima kasih karena PR mereka untuk menghancurkan kita sudah diselasaikan oleh kita sendiri.

Saudaraku fiddin …Ibnu Umar pernah marah kepada pemuda yang bertanya apa hukum membunuh lalat, padahal di negeri pemuda itu Husein cucu nabi dipenggal kepalanya? Artinya, ada masalah besar di depan pemuda itu justru tidak ditanyakan, sementara lalat dibunuh malah ditanya. Wajar Ibnu Umar marah. Itulah fiqih salafus shalih. Imam al Qarrafi menyatakan bahwa ulama itu seperti dokter ia akan menyembuhkan penyakit yang paling membahayakan keselamatan jiwa pasien, sebelum penyakit yang ringan-ringan.

Kondisi aktifis Islam hari ini, seperti seorang gadis yang bersolek di kamarnya, sementara rumahnya kebakaran. Ia bersolek mengurus jerawat, atau make up, padahal nyawanya terancam dan ia mengetahuinya, tentu gadis cerdas akan menelpon pemadam kebakaran, bukan semakin asyik dengan mainannya. Itulah kita, asyik tentang perselisihan ulama masa lalu yang memang mereka juga tidak ada mampu untuk sepakat, tentang maulid nabi (walau kita meyakini itu bidah), atau menggerakan jari telunjuk ketika tasyahud, zakat fithrah pakai uang atau pakai makanan pokok, isbal, padahal â€"sekali lagi- itu masalah lama yang memang tidak bakal selesai sampai hari kiamat. Sementara moncong tank musuh sudah di depan rumah kita, pesawat pengintai mereka bolak-balik masuk ke teritori kita, mereka menyebarkan jasus (intel) di antara umat Islam. (Myquran ada intelnya ga ya?). saya akui masalah perselisihan itu juga harus diperhatikan, tapi ingat tak mungkin ada kata sepakat! Sekuat apapun anda mencoba menjelaskan dalil, sebab para ulama dahulu juga tidak mampu. .Kalau tahu demikian, maka gunakanlah senjata kita baik berupa tulisan, lisan, hujjah, untuk melawan kaum yang benar-benar memusuhi seperti AS, Inggris, Australi, Israel, atau musuh dalam selimut seperti JIL, Ahmadiyah, LDII, Inkar Sunnah, NII, dan sempalan lainnya.

Ada hadits-hadits yang cocok banget buat para pemuda yang suka nyalah-nyalahin orang, mencela ulama, berbangga dengan ilmu padahal
masih belajar, doyan jidal, tidak hormat dengan yang lebih tua. Ini
bukan hanya untuk Salafy tapi untuk yang lain juga. Sebab perilaku Khawarij mungkin saja dilakukan oleh yang lainnya.

Akan datang di akhir zaman, anak-anak muda yang mempunyai impian bodoh, mereka mengucapkan sebaik-baiknya ucapan makhluk, mereka menyimpang dari Islam seperti lepasnya anak panah dari busurnya, iman mereka tidak lebih dari kerongkongan mereka. Maka di mana pun kalian menemui mereka maka perangilah mereka, sesungguhnya memerangi mereka akan mendapat balasan di akhirat kelak. (HR. Bukhari)

Sesungguhnya yang paling Allah benci adalah orang yang sengit dalam berdebat (HR. Bukhari)

Jangan kalian menuntut ilmu untuk berbangga-bangga di depan ulama,
membantah orang bodoh, dan jangan memilih-milih majelis, barang siapa
yang melakukan itu .. neraka, neraka (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Tidaklah tersesat sebuah kaum yang telah mendapat hidayah, kecuali jika mereka larut dalam perdebatan. (HR. Tirmidzi, hasan shahih dan Ibnu Majah)

Seorang mumin itu bukanlah yang suka melaknat (HR. Tirmidzi, hasan)

Bukan golongan umatku yang tidak menghormati orang besar kami, tidak menyayangi anak kecil kami, dan tidak mengetahui hak orang alim kami. (HR. Ahmad dan Thabrani, hasan)

Semoga Allah memaafkan saya, Astaghfirullahal Azim, dan mohon maaf kepada Salafy kalau ada kata-kata ynag memanaskan telinga, sungguh IM, HT, MMI, dan JT, sebelumnya amat sering merasakan itu
(bahkan lebih perih rasanya), yang terlontar dari lisan atau tulisan kelompok salafi. Anda. Namun pada akhirnya menjadi biasa dan kebal.

Hadanallahu wa Iyyakum. Wallahu Alam bish Shawab