Agama dan Ilmu Pengetahuan untuk Mentauhidkan Allah
Pernah terucap sebuah pertanyaan :”Bagaimana cara kita memadukan pemahaman agama dan ilmu pengetahuan?Bisakah disinkronkan?”
Pertanyaan ini memiliki kekeliruan yang sangat mendasar. Karena sesungguhnya di dalam Al Qur’an Allah tidak pernah membeda – bedakan, apalagi memisah – misahkan antara syariat dan ilmu pengetahuan. Kedua – duanya menyatu di dalam informasi Al Qur’an dalam konteks mentauhidkan Allah, yaitu memahami eksistensi-Nya. Mengenal-Nya. Berinteraksi dengan Dzat Yang Maha Agung itu, dan akhirnya ’bersatu’ dalam kebesaran-Nya.
Hampir di setiap halaman Al Qur’an yang kita buka, selalu ada informasi – informasi ilmu pengetahuan. Dan yang menarik, informasi ilmu pengetahuan itu bukan sekedar digunakan untuk mengembangkan ilmu itu sendiri, melainkan bertujuan utama untuk mentauhidkan Allah. Artinya, semakin tinggi ilmu yang kita peroleh dari fakta empirik di sekitar kita, maka efeknya harus membawa kita semakin terkagum – kagum oleh kehebatan Allah Yang Maha Esa. Bukan sebaliknya, menjadi sombong dan mengingkari Allah.
Memisahkan dan membeda – bedakan fakta yang ada di sekitar kita, sebenarnya tidak lebih hanyalah pekerjaan manusia, dikarenakan keterbatasannya saja. Bagi Allah fakta ini adalah tunggal. Tidak ada bedanya agama dan ilmu pengentahuan, karena kedua – duanya adalah ayat – ayat Allah juga. Ilmu pengetahuan tersebar di alam semesta, dan syariat tercakup di dalam Al Qur’an. Apa pun yang kita lakukan, dan dari sisi mana pun kita melakukan pendekatan kepada Allah, pasti kita akan bertemu dengan Allah. Dan bila kita gabungkan kedua pendekatan itu, maka Insya Allah kita akan memperoleh cara yang lebih baik ketimbang hanya lewat satu sisi saja.
Misalnya yang terdapat di dalam QS. Mukminuun : 12 – 14, yang artinya :
”Dan sungguh telah Kami ciptakan manusia dari saripati tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu tersimpan di dalam tempat yang kokoh. Kemudian Kami ciptakan dari saripati itu segumpal darah. Maka Kami ciptakan dari segumpal darah itu segumpal daging. Maka Kami ciptakan dari daging itu tulang – belulang. Dan Kami bungkus tulang – belulang itu dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah. Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian sesudah itu, kamu sekalian akan mati. Kemudian kamu sekalian akan dibangkitkan di Hari Kiamat.”
Firman Allah di atas sangat jelas arahnya. Bahwa kita dipancing untuk memahami penciptaan manusia. Namun informasi dari Al Qur’an tersebut terlalu global untuk memberikan pemahaman yang ‘mengesankan’. Karena, agar lebih memahaminya, kita harus membuka – buka informasi dari ilmu pengetahuan kedokteran yang bersifat empirik dan telah bisa dibuktikan secara ilmiah.
Memang proses pertumbuhan janin di dalam rahim itu kini sudah diketahui secara meluas, sebagai dampak perkembangan ilmu kedokteran. Akan tetapi, pada awalnya firman Allah tersebut bisa memancing orang yang membacanya untuk mengembangkan penelitian tentang proses penciptaan manusia itu. Dan yang demikian itu telah terjadi pada zaman keemasan Islam di abad – abad ke-8 sampai 12, sehingga berkembanglah berbagai bidang ilmu pengentahuan seperti yang kita kenali sekarang : ilmu Kedokteran, ilmu Kimia, Matematika, Astronomi, dan lain - lain.
Apakah tujuan dari pancingan Allah agar kita mengembangkan ilmu pengetahuan itu? Ternyata bukan untuk kehebatan ilmu itu sendiri. Melainkan lebih jauh dan mendalam lagi, yaitu digunakan untuk meyakinkan kita, bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Berilmu, sumber dari segala ilmu pengetahuan. Kalau kita menghayati kenyataan empirik tersebut, hati kita benar – benar akan bergetar mengamati proses penciptaan yang berlangsung secara sangat menakjubkan.
Tugas kita sekarang setelah memahami hal tersebut adalah untuk memberitahu kepada saudara – saudara kita yang belum mengetahuinya, mengajak mereka untuk mengingat semua kebesaran Allah. QS. Al Ghasiyaah: 17 – 26, yang artinya :
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan? Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah mereka peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberikan peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. Tetapi orang yang berpaling dan kafir, maka Allah akan mengazabnya, dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada Kami (Allah) – lah mereka kembali. Kemudian sesungguhnya kewajiban Kami – laj menghisab (mengadili) mereka.”
Sudah tergambar betapa luar biasa ilmu Allah yang tersebar di alam semesta sebagai ayat kauniah, mau pun Ilmu Allah yang termaktub di dalam Al Qur,an. Kita tidak akan pernah mampu memahami seluruh ilmu-Nya, karena manusia ini sangatlah terbatas kemampuannya.
Kini menjadi jelas betapa seluruh pendekatan yang bisa kita lakukan, baik lewat syariat mau pun Sains, untuk memahami eksistensi Allah itu sebenarnya akan bermuara pada hasil yang sama, yaitu kekaguman kita kepada Kebesaran dan Keagungan Allah Sang Maha Pencipta. Di sinilah terbukti, bahwa apa pun yang kita lakukan ternyata telah membawa kita kembali kepada Tauhidullah, yaitu proses meng-Esakan Allah SWT.
Maha Suci Allah...
-Dikutip dari buku "Pusaran Energi Ka'bah" (sebuah buku yang luar biasa)-
No comments:
Post a Comment